Tak Rela Jalan Gunungsari Berubah Nama
Monumen Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) sudah berdiri di Gunungsari. Sayangnya tetenger yang dibangun untuk kompensasi perubahan nama Jalan Gunungsari itu masih menyisakan banyak masalah.
GUBERNUR Jatim Soekarwo membuat keputusan kontroversial 6 Maret 2018. Jalan Gunungsari diubah menjadi Jalan Prabu Siliwangi sebagai simbol rekonsiliasi Sunda-Jawa.
Ada ’’sentimen’’ yang terjadi di antara dua suku itu. Konon, semua gara-gara kisah Perang Bubat pada 1357. Dampak pertempuran Kerajaan Majapahit dan Sunda itu masih terbawa sampai sekarang. Pakde Karwo ingin menyudahinya.
Perang bermula dari perselisihan Mahapatih Gadjah Mada dari Majapahit dengan Prabu Maharaja Linggabuana dari Kerajaan Sunda di Pesanggrahan Bubat. Pertempuran mereka mengakibatkan seluruh rombongan Sunda terbunuh.
Penyerangan itu dianggap oleh Kerajaan Sunda sebagai jebakan dan pengkhianatan. Sebab, niat kedatangan rombongan Sunda ke timur adalah menikahkan Putri Dyah Pitaloka Citraresmi dengan Prabu Hayam Wuruk, Raja Majapahit.
Pernikahan itu bertujuan untuk mengikat persaudaraan dua kerajaan. Namun, saat rombongan datang di Pasanggrahan Bubat, mereka mendapat perlakuan lain. Patih Gadjah Mada menganggap mereka datang untuk menyerahkan diri. Bukan karena undangan pernikahan.
Demi mempertahankan kehormatan sebagai ksatria Sunda, Linggabuana menolak perlakuan Gadjah Mada itu. Terjadilah peperangan yang tidak seimbang antara pasukan Majapahit yang berjumlah besar dengan prajurit pengawal dari Sunda.
Putri Dyah Pitaloka dengan hati berduka melakukan bela pati: bunuh diri untuk mempertahankan kesucian sekaligus kehormatan Kerajaan Sunda.
Rupanya kisah itu terus diulang-ulang sampai sekarang.
Monumen Mastrip di Gunungsari.
(Foto: Eko Suswantoro-Harian Disway)
Gubernur Soekarwo dan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan ingin mengakhiri konflik tersebut. Cuma, cara yang dipilih justru membuat polemik baru.
Nama Jalan Gunungsari yang menjadi lokasi pertempuran 28 November diubah menjadi Jalan Prabu Siliwangi. Jalan Dinoyo juga akan diubah menjadi Jalan Sunda. Sebaliknya, nama Jalan Majapahit dan Hayam Wuruk disematkan di Bandung.
Upaya rekonsiliasi itu ditentang berbagai pihak. Gubernur Soekarwo sempat dianggap sebagai “musuh” oleh Paguyuban TRIP Jatim dan pemerhati sejarah. Mereka beberapa kali menggelar demonstrasi atas rencana tersebut.
“Saya tidak rela nama jalan Gunungsari diganti,” ujar Ismanoe saat ditemui di rumahnya di Jalan Tales, Selasa (9/11). Wajar. Ismanoe pernah terlibat pertempuran hebat di Gunungsari pada 28 November 1945.
Ada lima prajurit TRIP yang gugur di sana. Sebanyak 10 prajurit juga belum ditemukan jenazahnya setelah pertempuran di benteng terakhir Surabaya itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: