Dispora Akhirnya Dukung Smack Ball
Usaha memang tidak pernah mengkhianati hasil. Smack ball yang awalnya dipandang sebelah mata, kini mendapat dukungan dari Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Surabaya. Bahkan mereka mau menyelenggarakan perlombaan.
SATU dekade silam, pada 2011, Iwan Heri Santoso merasa gembira. Smack ball mulai dikenal orang. Bahkan, menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Andi Mallarangeng, sempat tertarik dengan olahraga itu. Ketika itu, Iwan sangat optimis smack ball bakal dikenal banyak orang.
Tapi nahas. Harapannya tidak sesuai kenyataan. Menpora tidak kunjung menemui Iwan. Bahkan sampai Andi lengser dari jabatannya. Sampai sekarang Iwan masih kepikiran dengan janji Menpora. ”Seandainya jadi ketemu. Kan sudah terkenal smack ball,” ungkap alumnus SMA YP Trisila itu.
Meski begitu, perusahaan Proteam mau mendukung smack ball buatan Iwan itu. Bahkan di tahun yang sama Persatuan Smack Ball Indonesia (PSBI) terbentuk. Thomas More Suharto didapuk sebagai ketua umum PSBI Surabaya. Sedangkan Iwan menjadi ketua hariannya.
PBSI dibentuk untuk wadah para atlet muda smack ball. Juga untuk mendukung perhelatan lomba smack ball antar SMP.
Iwan pernah mencoba mempromosikan smack ball ke Dispora Surabaya sekitar 2010. Sayangnya Dispora tidak terlalu antusias dengan ide yang dicetuskan Iwan. Iwan tidak tahu secara pasti alasan dinas tersebut memandang sebelah mata olahraganya. ”Padahal ide ini fresh. Belum ada olahraga bola besar yang menggunakan dua bola,” ujar laki-laki 42 tahun itu.
Tapi Iwan memperkirakan prospek smack ball tidak terlalu menguntung Dispora. Maklum masih banyak orang yang belum tahu olahraga itu. Bahkan warga maupun pelajar Surabaya sendiri. Sehingga, seandainya Dispora membuat event, kemungkinan sedikit yang ikut.
Selain itu, mencari wasit lomba untuk smack ball juga susah. Masih sedikit orang yang tahu aturan olahraga asal Surabaya itu.
Iwan memang sudah membukukan panduan smack ball. Tapi aturan itu belum baku. Jenis pelanggaran masih terlalu sedikit.
Contoh aturan yang berubah adalah jumlah wasit. Pada saat awal sosialisasi smack ball, wasit cuma ada satu. Sekarang lima. Begitu juga dengan pergantian base. Sekarang dilakukan pada ronde ketiga.
Meski begitu, pergantian aturan smack ball dianggap wajar. Seperti sepak bola. Pada era Perang Dunia II, nomor punggung pemain belum ada. Setelah Perang Dunia II, setiap pemain diwajibkan bernomor punggung.
”Smack ball juga begitu. Menyesuaikan dengan situasi kondisi juga. Seperti aturan plate juga kami ubah. Perubahan itu agar smack ball lebih baik lagi,” kata kepala SMP Metta School itu.
Iwan berusaha keras menyosialisasikan olahraga itu ke sekolah-sekolah. Awalnya ditolak. Namun ada salah satu temannya yang bekerja di salah satu SMP swasta di Surabaya. Teman Iwan itu mau membantunya mengenalkan smack ball. Tapi harus Iwan yang mengajarinya. Sebab temannya tersebut juga tidak paham smack ball.
Dari situ, olahraga smack ball semakin dikenal. Upaya door to door lebih berhasil ketimbang mengumpulkan guru pendidikan jasmani dan olahraga kesehatan (PJOK). Alhasil pertandingan antarsekolah bisa terlaksana.
Pelatihan smack ball untuk para guru SD-SMP se-Surabaya yang diikuti Iwan Heri Santoso (tiga dari kiri) pada 2018.
(Foto: Iwan Heri Santoso untuk Harian Disway)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: