Muhammad Diki Firmansyah, Bisnis Reptil dari Hobi
Beragam hobi bisa mendatangkan uang pada masa pandemi Covid-19. Seperti Mohammad Diki Firmansyah. Pemuda Surabaya ini meraup rezeki puluhan juta rupiah dari hobinya memelihara ular piton.
Dika hobi memelihara ular piton jenis retic atau sanca kembang. Berawal dari meluapkan kegemaran, ia menjual ular piton. Yang dijual pun bukan jenis sembarangan. Semuanya bercorak unik, indah, dan eksotis.
Corak itu dapat dihasilkan dari cara perawatan yang baik. Termasuk penyediaan tempat tinggal serta memperhatikan higienitas.
”Ada beberapa jenis corak atau morph ular piton yang saya miliki di antaranya bacan emeraldo reticulatus, phantom tiger platinum, albino motley tiger platinum, serta piton jenis perl burmese dan hypo granit Burmese,” katanya.
Selama pandemi banyak pecinta hewan melata justru memburu lebih banyak hewan peliharaan untuk mengisi waktu saat di rumah. Ia pun kebanjiran orderan dari para penghobi reptil khususnya ular.
Dika memegang ular piton jenis Albino Motley Platinum. (Muhammad Diki Firmansyah untuk Harian Disway)
Dalam satu bulan, ia mampu meraup omzet hingga Rp80 juta. Angka tersebut bisa sampai dua kali lipat dari rataan saat kondisi masih normal tanpa paparan virus.
Saat ini, pria berusia 32 tahun tersebut sedang mengawinkan dua ekor piton indukan berusia 4 tahun miliknya berjenis perl burmese dengan hypo granit burmese yang diharapkan segera bertelur dan akan menetas 5 bulan ke depan.
Harga ular piton per ekor jenis sanca kembang atau retic bisa beragam. Mulai dari yang termurah Rp400 ribu hingga yang termahal mencapai Rp80 juta. Tergantung ukuran dan keunikan corak yang dimiliki.
Sejak menekuni hobi di ranah reptilian, ia selalu berupaya agar koleksi yang dia punya cukup beragam. Karena itulah tidak jarang dia mendatangkan jenis-jenis ular dari berbagai belahan dunia.
”Saya juga mengimpor ular dari luar negeri, beberapa di antaranya berasal dari USA dan Thailand. Tapi tentu saja yang dari Indonesia adalah yang terbanyak,” ungkapnya.
Dika mengawali kisahnya bersama ular sejak 2005. Apa yang dicapainya sekarang juga setelah melewati banyak pengalaman pahit. Ia mengaku pernah merasa takut sampai akhirnya menjadi cinta, sampai sekarang. Termasuk menjadi korban keganasan hewan karnivora itu.
“Dipatok ular tentu sudah biasa bahkan sering. Nah berkaca dari pengalaman tersebut, saya belajar agar tidak terpatok lagi. Mengetahui kebiasaan dan kecenderungan gerak-gerik ular itu seperti apa. Tapi ya sampai sekarang tetap dipatok sih,” kelakarnya.
Kura-kura yang didekati Dika ini jenis Aldabra Giant Turtoise. Termasuk salah satu jenis kura terbesar di dunia. (Muhammad Diki Firmansyah untuk Harian Disway)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: