Muhammad Diki Firmansyah, Bisnis Reptil dari Hobi

Muhammad Diki Firmansyah, Bisnis Reptil dari Hobi

Masyarakat yang suka dengan reptil terbilang makin banyak. Namun, jarang sekali ada yang menjual jenis-jenis langka dan unik. Itulah mengapa para penikmat reptil eksotis biasanya membuat wadah sendiri. Mereka berkumpul demi kemudahan informasi dan transaksi.

Ini juga sebagai bentuk pengawasan terhadap keberadaan ular-ular yang masuk kategori dilindungi. Para penggiatnya sudah paham akan hal itu. Sehingga mereka bisa memberi arahan ke sesama penghobi.

Dika sudah bertemu cukup banyak penggiat reptil. Bahkan berteman dengan Panji Manusia Ular. Pecinta reptil yang pernah punya program khusus membahas ular dan hewan melata lainnya di stasiun televisi nasional.

Piton Burmese Albino, salah satu koleksi kebanggaan Dika karena kelangkaannya. (Muhammad Diki Firmansyah untuk Harian Disway)

Kecintaannya dengan reptil itu membuahkan hasil positif. Salah satunya bisa membuatnya bisa membangun CV Fauna Alam Persada. Sebuah bidang usaha yang memiliki aset ular tak hanya dari dalam negeri. Tapi juga mengurasi beragam jenis lain yang berasal dari negara lain.

Dika sekaligus menawarkan jenis-jenis reptil yang lebih bermacam-macam. Tujuan utamanya adalah memberikan referensi bagi kawan-kawan sehobi. Ada iguana, gecko, dan tokek. Tapi memang ular adalah yang paling diutamakan.

”Phyton beragam warna dan motif adalah yang terbanyak dikoleksi. Yang menarik memang warna dan motifnya yang beragam, itu yang bikin saya suka,” imbuhnya.

Dika (kiri) berfoto dengan Panji Petualang. Koneksi dengan sesama penghobi menurutnya membantu melebarkan bisnis reptilnya sampai ke titik ini. (Muhammad Diki Firmansyah untuk Harian Disway)

Dalam perjalanan mengembangkan usaha jual-beli reptil, ia pernah merugi sampai ratusan juta rupiah. ”Pernah hampir satu kandang ular saya mati semua karena tertular virus yang dibawa ular jenis boa yang saya datangkan dari luar negeri,” kata dia mengenang.

Pengalaman itu dijadikannya pelajaran berharga. Kini, badan usaha miliknya sudah mengantongi sertifikasi izin ekspor hewan reptil. Pangsa pasarnya pun semakin luas.

Bisnisnya bukan lagi ular. Ia sekaligus menjalankan kanal YouTube Diki Pedia. Tempat ia merekam segala macam aktivitas tentang reptil. Termasuk mengedukasi masyarakat agar reptil bisa diperlakukan dengan baik.

Dengan 37 ribu subscriber, itu sekaligus menjadi pendapatan tambahan bagi Dika. Semakin dalamlah cintanya kepada hewan yang mungkin dianggap seram bagi banyak orang. Tapi jadi ladang kesenangan dan rezeki bagi sebagian kecil lainnya. (Heti Palestina Yunani-Ajib Syahrian)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: