Surabaya Siapkan Aplikasi Medical Tourism
ONGKOS berobat ke luar negeri orang Indonesia mencapai Rp 161 triliun per tahun. Rata-rata duit itu mengalir ke Singapura, Malaysia, dan Tiongkok. Surabaya ingin mengambil potensi itu dengan menghadirkan Surabaya Medical Tourism.
”Kami sedang menyusun aplikasinya dengan Unair. Orang Indonesia kalau bisa berobatnya cukup di Surabaya saja,” kata Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dalam Grand Launching National Eye Center (NEC) kemarin (30/11). Pemkot berharap muncul fasilitas kesehatan baru yang bergabung dalam aplikasi itu.
Nantinya pasien cukup mengambil paket berobat dalam aplikasi tersebut. Booking tiket pesawat, kereta, RS, klinik, hotel, hingga restoran bisa dilakukan dalam satu aplikasi. Begitu turun dari bandara, sudah ada ambulans yang menjemput.
Dengan aplikasi itu, pasien bisa memperkirakan ongkos berobat hingga waktu yang diperlukan. Eri mengatakan, rata-rata pasien harus diantar oleh pihak keluarganya saat berobat ke luar kota atau luar negeri. Karena itulah sektor hotel dan restoran yang sempat terpuruk gara-gara pandemi bisa ikut bangkit dalam konsep wisata medis tersebut.
Setelah memberikan sambutan, Eri diajak keliling melihat fasilitas yang dimiliki NEC. Ia mendatangi Agung Budi Pratomo yang duduk bersama istri dan anaknya.
Agung adalah satu satu pasien yang mendapat bantuan bola mata palsu (protesta) gratis. Kini ia lebih percaya diri saat beraktivitas. ”Kalau tanpa protesta, mungkin orang agak seram melihat kondisi saya,” ujar warga Dupak itu.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi melihat proses pemasangan bola mata palsu di National Eye Center. (Foto: Eko Suswantoro-Harian Disway)
Eri juga melihat layanan Laser Assisted in Situ Keratomileusis (Lasik) dengan jenis ReLEx SMILE. Proses terapi laser itu cuma membutuhkan waktu 15 menit.
NEC juga punya fasilitas bedah plastik atau estetika mata. Mereka juga akan membuka layanan khusus penderita sindrom mata kering.
Dirut Eyelink Group M. Rusli tertarik dengan konsep medical tourism itu. Namun, ia belum mendaftarkan NEC ke aplikasi pemkot tersebut. “Kami siap gabung. Biar urusan mata cukup di Surabaya saja,” jelasnya.
Kepala Dinas Kesehatan Surabaya drg Febria Rachmanita mengatakan, aplikasi masih belum tuntas. Tim Unair bakal menyelesaikannya akhir Desember nanti. ”Biar 2022 medical tourism-nya langsung jalan,” ujar Feni, sapaan akrab Febria.
Untuk tahap awal, ada 17 rumah sakit yang terkoneksi dengan aplikasi tersebut. Nantinya, semua rumah sakit dan klinik diharapkan mendaftar ke aplikasi itu. (Salman Muhiddin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: