Venom: Let There Be Carnage yang Minim Pembantaian
Dari plot ini, sebenarnya Let There Be Carnage bisa menjadi film keren. Namun, naskahnya memang kurang dalam. Banyak konflik yang tidak tereksplorasi secara tuntas. Ceritanya hanya Cletus berubah menjadi Carnage, menghancurkan penjara tempat ia ditahan, lalu mencari Shriek sembari mengobrak-abrik seisi kota.
Eddie Brock, yang sedang berantem dengan Venom—simbiote itu minggat dari tubuhnya—kelabakan berusaha menghentikan Carnage. Penyelesaiannya begitu simpel. Begitu ringkas. Dan sangat singkat. Film tuntas hanya dalam 97 menit. Bahkan pertarungan akbar antara Carnage dengan Venom di sebuah katedral tidak terlampau wow.
Humor Cringe
Dari trailer yang sudah disebar sejak awal tahun ini, kita sudah tahu bahwa Let There Be Carnage memang sengaja dibuat lucu. Namun, fans membayangkan model leluconnya akan setara Deadpool. Kasar, tapi spot on. Venom tidak senakal Deadpool. Tapi mereka sama-sama antihero dengan kecerdasan di atas rata-rata.
Alih-alih memproduksi guyon cerdas, penulis skenario Kelly Marcel memilih humor receh dan slapstick. Bahkan beberapa di antaranya cringe. Pertengkaran khas old married couple antara Eddie dengan Venom memang selalu menggemaskan.
Namun scene Venom membuatkan sarapan, Venom ngambek dan meninggalkan rumah Eddie, hingga adegan Eddie meminta maaf pada Venom, kurang tajam. Ketika menontonnya, reaksi fans mirip dengan reaksi Dan Lewis, tunangan Anne Weying (Michelle Williams) yang menyaksikan dari mobil: so weird.
Nah, yang paling cringe dari semua itu adalah adegan Venom menyerbu pesta Halloween—dan berpidato di panggung. Monster hitam besar mengenakan glow stick hulahop warna-warni mungkin dimaksudkan untuk menciptakan kontras supervillain yang ramah dan approachable. Namun, scene itu sungguh cringe.
Para kritikus menyalahkan rating PG-13 sebagai penyebab segala kekurangan Let There Be Carnage. Gara-gara rating ramah anak, sutradara Andy Serkis tidak bisa mengeksplorasi guyon kejam serta adegan aksi yang brutal. Padahal ia cukup sukses ketika menjadi second unit director untuk trilogi The Hobbit.
Carnage—terjemahan harfiahnya adalah pembantaian—tidak cukup kejam untuk bisa menyandang nama Carnage. Sama sekali tidak ada scene pembantaian yang layak dikenang di sini. Adegan pencopotan kepala oleh Venom pun diserahkan kepada imajinasi penonton. Tak ada setetes pun darah menetes yang tampak di layar.
Jika saja diberi rating R (restricted), mungkin Let There Be Carnage akan lebih menggigit. (Retna Christa)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: