Menulis Sejarah, Mewariskan Sejarah

Menulis Sejarah, Mewariskan Sejarah

Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga, merilis Lokakarya Penulisan Konten Ensiklopedia Objek Pemajuan Kebudayaan di Surabaya. Tujuan untuk mengabadikan berbagai objek kebudayaan sebagai dokumen sejarah.

SABTU pagi (4/12) pukul 07.00, ruang sisi utara Hotel Novotel telah padat pengunjung. Mereka adalah tim penulis, tutor, juga perwakilan dari Disperpusip Surabaya dan FIB-Unair.

Mereka tergabung dalam tim Lokakarya Penulisan Konten Ensiklopedia Objek Pemajuan Kebudayaan di Surabaya. Tampak hadir pula Kepala Dispursip Surabaya, Musdiq Ali Suhudi.

Menurut Musdiq, lokakarya tersebut akan memuat berbagai unsur kebudayaan yang dikumpulkan, diverifikasi, dan ditulis. “Karena dengan ditulis, berbagai peninggalan masa lalu dapat diwariskan ke generasi muda dalam bentuk ilmu pengetahuan budaya dan sejarah,” ujarnya.

Musdiq juga mempresentasikan makalahnya yang berjudul Pemajuan Budaya dalam Rencana Pembangunan Kota Surabaya. Ia memaparkan dinamisnya kota Surabaya yang terus berubah dari zaman ke zaman. “Cikal bakal Surabaya hanyalah sebuah kota kecil yang terus berkembang. Dari Ngagel hingga pelabuhan, kemudian terus meluas,” ungkapnya.

Budaya arek yang identik dengan cita rasa kultural masyarakat Surabaya, membentuk kekhasan Kota Pahlawan dengan segala perkembangannya. “Budaya khas yang mencerminkan keberanian, keterbukaan, serta hal-hal yang terkait dengan budaya pesisir yang sedemikian luas,” ungkap kepala dinas kelahiran Klaten tersebut.

Segala bentuk kebudayaan itulah yang akhirnya akan didokumentasikan ke dalam sebuah tulisan. Berwujud ensiklopedia.

Ensiklopedia berciri deskriptif dan tak begitu panjang seperti halnya tulisan sastra atau karya ilmiah. Singkat, padat namun memberikan keterangan yang jelas.

Pembicara kedua dalam lokakarya kemarin adalah Doan Widhiandono, wakil pimpinan redaksi Harian Disway. Ia memberi pemaparan tentang ensiklopedia dan cara menulisnya.

Judul makalahnya, Ensiklopedia yang Asyik. Kata Doan, sebuah tulisan yang asyik juga lahir dari proses menulis yang juga mengasyikkan. Termasuk sebuah ensiklopedia.

Di awal pemaparannya, Doan membuka wawasan para pengunjung, bahwa tulisan adalah salah satu temuan terbesar dalam sejarah umat manusia. “Sebab dengan ditemukannya tulisan, umat manusia melangkah dari periode prasejarah menjadi zaman sejarah,” ujarnya.

Selama kurang lebih satu jam, Doan memberikan tip-tip penulisan ensiklopedia. Misalnya tentang pemilahan, pemilihan, dan pemahaman konten. Juga bagaimana menuliskan judul konten yang harus singkat, mewakili isi tulisan, dan menarik. Doan juga memaparkan tentang hal-hal yang tidak boleh dilakukan dalam penulisan ensiklopedia. ’’Salah satu ciri khas penulisan ensiklopedia adalah bahasa yang authoritative. Atau, terjemahan sederhananya: bahasa yang berwibawa. Karena ensiklopedia adalah tempat orang mencari jawaban,’’ papar Doan.

Kemarin, para peserta dibagi menjadi lima tim. Masing-masing lantas dibimbing oleh seorang tutor. Para pembimbing itu adalah Nanang Purwono, Agus Wahyudi, dan Kuncarsono Prasetyo dari Komunitas Begandring Surabaya. Lalu ada Suryadi Kusniawan dari Bekraf dan Ady Setyawan dari Komunitas Roodebrug Soerabaia.

Banyak tema-tema yang dimunculkan untuk disusun dalam bentuk ensiklopedia. Misalnya tentang ragam budaya arek, bangunan cagar budaya, adat dan ritus, tradisi lisan dan sebagainya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: