Kisah Sugeng Setiono, Pemilik Warung di Sekitar Jembatan Gladak Perak
Tujuannya untuk mendinginkan badan dan agar lebih lega untuk bernafas. Cukup lama sekali mereka berendam. Sekitar dua jam. Tepat jam 6 sore, Sugeng melongok keluar. Gelapnya langit mulai lenyap. Berubah menjadi oranye.
Ia mengecek keadaan di luar. Sugeng terkejut saat melihat Gladak Perak sudah putus. hilang. Baik jembatan utama yang besar maupun jembatan kecil buatan Belanda yang tak terpakai itu. ”Saya bener-bener kaget. Ambrolnya itu gak ada suara apa-apa,” jelas Sugeng.
Sugeng lalu meminta tiga orang lain di kamar mandi untuk keluar. Saat keadaan dirasa agak aman, dua orang pengendara motor itu kembali melanjutkan perjalanan untuk pulang. Tapi, ada yang celaka. Pembantunya yang berpamitan pulang tadi tergeletak di dekat warung.
Sekitar pukul 18.30, suami si pembantu datang ke warungnya dengan sepeda motor. Si suaminya itu juga kaget melihat istrinya tergeletak. Namun, tidak ada waktu. Sumber daya juga terbatas. Gunung Semeru tidak berhenti menyemburkan abu vulkanik. Si suami pembantu tadi memilih meninggalkan istrinya itu.
”Ayo, kene mudun sek. Deloken iku lavane ndek ngarep nyembur terus. Bojoku wis semaput. Sing penting kene selamet disik,” kata Sugeng menirukan permintaan suami pembantunya itu. Lalu, Sugeng pun dibonceng untuk turun ke rumah adiknya di Dusun Kamar Kajang, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro. Juga bersama ayahnya yang memakai motor sendiri.
Sementara, pembantu yang dikira pingsan tadi ternyata dinyatakan tewas. Yakni setelah dievakuasi oleh tim BPBD Lumajang pagi, kemarin (5/12). “Saya juga tidak mengira kalau ternyata meninggal,” kata Sugeng. (Mohamad Nur Khotib)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: