50 Kegiatan Hasilkan PPKM
KAMPUNG Lali Gadget (KLG) telah menahbiskan diri sebagai suatu entitas yang berusaha melestarikan permainan tradisional. Manfaatnya sangat banyak. Terutama bagi perkembangan motorik anak. Berbagai program telah dilaksanakan selama tiga tahun berdiri. Dibantu komunitas-komunitas yang juga punya unek-unek sama.
Acmad Irfandi sebagai penggagas mengutarakan, pihaknya telah bekerja sama dengan lebih dari 60 komunitas di Jawa Timur dalam menyukseskan program-program. Perkumpulan itu hadir secara sukarela. Pemantiknya pun sama. Ingin generasi penerus dapat merasakan serunya permainan tradisional dan tidak keranjingan gawai sehingga mengganggu tumbuh kembangnya.
”Jujur, saya bahkan sampai lupa menyebutkan semua komunitas yang membantu KLG. Banyak sekali jumlahnya. Sekitar 60 seingat saya. Mereka berasal dari Sidoarjo, Surabaya, dan kota-kota lain di Jawa Timur,” katanya.
Mereka berasal dari bidang-bidang spesifik. Contohnya, komunitas pegiat psikologi anak, reptil, dan Pramuka. Bahkan, awal mula KLG pun berawal dari Irfandi dan para pemuda yang tergabung dalam Komunitas Wonoayu Kreatif.
Seiring berjalannya waktu, Irfan mengatakan bahwa KLG butuh teman-teman komunitas untuk bergerak. Ia ingin agar isu dampak buruk penggunaan gawai pada anak disebarkan dalam bentuk lebih luas dan beragam. Oleh karena itu, kolaborasi menjadi satu-satunya cara agar efeknya bisa meluas. Ditambah dengan kreativitas dari anggota komunitas lain.
”Saya biasanya mengajak para komunitas untuk berdiskusi. Sebut saja Komunitas Antinarkoba Sidoarjo. Beberapa waktu lalu mereka ingin mengadakan kegiatan dengan peserta anak-anak. Memberikan edukasi tentang bahaya napza sekaligus bikin acara seru. Kami dari KLG pun terbuka untuk berkolaborasi,” ceritanya.
Dengan membentuk jejaring komunitas yang bervisi sama dan membentuk gerakan bermain, edukasi bersifat swadaya, murah, mudah, dan berdampak. Kegiatan itu bertujuan membentuk ekosistem kolaborasi antarkomunitas yang memandu anak-anak mengenal budaya/permainan berkarakter Indonesia.
Pun ketika KLG membuat acara berbau sawah. Irfan menghubungi Komunitas Reptil di Surabaya dan Sidoarjo untuk memberikan pendidikan kepada peserta. Harapannya, partisipan bisa mendapatkan pengetahuan baru seputar hewan melata. Juga, menjelaskan apa yang harus dilakukan bila bertemu ular di alam. Partisipan juga bisa menyentuh langsung ular serta hewan reptil lain. Tentu tetap di dalam pengawasan pencinta hewan.
Komunitas pecinta satwa OPOS Sidoarjo yang membawa Burung Hantu di acara festival tanah dan air di Kampung Lali Gadget Wonoayu Sidoarjo (5/12). (Eko Suswantoro)
Gelar Akbar Sidoasik
Inventori komunitas yang sudah dihimpun itu lalu dikumpulkan dalam membuat sebuah aktivitas besar bernama Sidoasik. Menggandeng puluhan komunitas seperti Save Street Child Sidoarjo, Yuk Gerak Indonesia, Kampung Dongeng, Krian pencinta satwa, Kampung Dolanan, Earth Hour, PAUD Indonesia, dan lain sebagainya.
Sidoasik diselenggarakan untuk meramaikan Bulan Anak Nasional. Tepatnya pada 22 Juli hingga 8 Agustus 2021. Dilaksanakan keliling ke 25 tempat se-Sidoarjo dan 15 tempat di luar dengan melibatkan 75 komunitas dan 250 pemuda. Semuanya bersinergi untuk 50 aktivitas.
”Hari Anak Nasional 23 Juli menjadi momentumnya,” ujar Irfan yang kala itu menjadi penanggung jawab acara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: