Dampak Erupsi Semeru, 436 UMKM Terancam Kredit Macet
DESA Sumberwuluh di Kecamatan Candipuro merupakan salah satu desa yang paling terdampak parah erupsi Semeru. Terutama Dusun Kamar Kajang, Dusun Kajar Kuning, dan dua dusun di Kampung Renteng. Yakni, Dusun Kebondeli Utara Kebon dan Dusun Kebondeli Selatan.
Banyak rumah warga yang tertimbun abu vulkanik. Namun, ada beberapa yang hanya mengalami kerusakan bagian atapnya. Misalnya, rumah Siti Khadijah, warga Dusun Kebondeli Selatan.
Setiap pagi Siti Khadijah menjenguk rumahnyi. Begitu sore tiba, dia kembali ke posko pengungsian. Hal itu dilakukan sejak H+2 pascaerupsi. Juga, oleh para tetangganyi.
”Kalau sore begini harus balik. Khawatir ada lahar,” katanyi sambil menenteng plastik berisi pakaian saat ditemui di pinggir jalan Desa Sumberwuluh kemarin (10/12).
Hal yang sama dilakukan Habibah. Dia tinggal di Dusun Sumberwuluh yang tidak terdampak langsung erupsi, tetapi masuk zona merah.
Setiap pagi dia pulang ke rumahnyi. Sore balik ke posko pengungsian di Desa Candipuro. Sekadar membuka warung sederhana miliknyi. Menjual kebutuhan pokok, makanan ringan, hingga bensin eceran. ”Ya, kalau kondisi kayak gini sudah sepi. Cuma ini menghabiskan sisa-sisa saja,” ujarnyi.
Erupsi Semeru tentu berdampak pada aktivitas ekonomi warga. Seluruhnya bakal lumpuh total. Sekitar 1 km dari rumah Habibah, ada jasa bengkel milik Imam Kamil.
Ia mengeluhkan hal sama. Bahkan, bingung bagaimana untuk membayar angsurannya di bank. Siang kemarin ada penagih utang yang datang ke rumahnya. Cekcok pun tidak terhindarkan. ”Hampir berantem tadi. Kok ya tega kondisi begini masih ditagih,” keluhnya.
Dinas Koperasi Lumajang mencatat setidaknya 436 UMKM terdampak erupsi Semeru. Perinciannya, 322 UMKM di Kecamatan Candipuro dan 114 di Kecamatan Pronojiwo. Padahal, roda perekonomian di dua kecamatan itu menjadi andalan.
”Tentu ini potensial memicu kredit macet bagi UMKM di sana,” kata Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kabupaten Lumajang Agus Setiawan.
Begitu juga untuk para pelaku usaha peternakan. Hingga kini, ada sekitar 3.000 warga yang memiliki ternak. Tercatat ada kepemilikan sekitar 300 sapi, 500 kambing, dan 1.300 unggas.
Agus mengestimasikan kerugian sektor ternak mencapai Rp 25 miliar. Bahkan bisa lebih dari itu. ”Karena ini masih data awal. Kami yakin masih banyak yang terdampak dan belum tercatat,” katanya.
Ia akan segera mengadvokasi para pelaku UMKM tersebut. Tujuannya, pemerintah, OJK, perbankan, dan lembaga keuangan lainnya bisa memberi fasilitas pemutihan kredit sementara. Termasuk pembebasan PBB. Hingga kondisi benar-benar kembali pulih.
”Kami akan segera berkirim surat. Agar yang terdampak punya opsi terbaik,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: