Timpang

Timpang

Orang-orang kaya baru itu mendapatkan warisan dari keluarganya yang bisa dinikmati turun-temurun tanpa harus bekerja sedetik pun. Piketty mencontohkan sosok Francoise Bettencourt Meyers asal Prancis pewaris perusahaan kosmetik raksasa L’Oreal. Dengan kekayaan Rp 1.250 triliun, wanita itu tercatat sebagai manusia terkaya ke-12 di seluruh dunia.

Ia mewarisi kekayaannya dari ayah dan kakeknya yang merupakan pendiri L’Oreal. Menurut Piketty, Bettencourt-Meyers menjadi kaya raya tanpa pernah bekerja satu menit pun di seumur hidupnya. Dengan menggunakan data orang terkaya versi majalah Forbes, Piketty menyimpulkan bahwa Bettencourt memiliki kekayaan yang tumbuh lebih cepat daripada seorang Bill Gates yang menemukan Microsoft. Itulah fenomena kapitalisme warisan yang sekarang menjadi fenomena di dunia dan banyak terjadi di Indonesia juga.

Studi Piketty itu menjadi alarm yang harus menyadarkan semua orang bahwa pemberantasan kemiskinan tidak bisa terjadi secara otomatis seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Di zaman Orde Baru, Presiden Soeharto menerapkan kebijakan trickle down effect ala Maslow atau peluberan ke bawah. Dengan kebijakan tersebut, beberapa konglomerat diberi monopoli seluas-luasnya untuk membesarkan pertumbuhan. Dari pertumbuhan yang tinggi itu, diharapkan ada luberan yang bisa ditadah rakyat banyak di bawah.

Kebijakan itu tidak berhasil menghilangkan jurang kaya miskin. Sebaliknya, malah memperlebar jarak kesenjangan. Akhirnya muncul kerusuhan 1998 yang menyasar aset para konglomerat dan kelompok minoritas Tionghoa yang menikmati privilege ekonomi khusus dari rezim Soeharto.

Mazhab mainstream itu terbantahkan oleh temuan Piketty. Dengan studi sejarah yang panjang dan mendalam, Piketty menyimpulkan bahwa penanganan masalah kesenjangan ekonomi tidak bisa hanya diserahkan kepada ”tangan gaib” (the invisible hand) dalam sistem kapitalisme yang brutal.

Piketty mengusulkan penerapan pajak pendapatan yang progresif dan penerapan pajak progresif secara global untuk bisa mengendalikan akumulasi modal yang liar dan mengendalikan munculnya orang-orang kaya baru hasil warisan keluarga.

Menilik studi Piketty, bisa dilihat bahwa apa yang dilakukan pemerintah Jokowi sekarang ini tidak menyentuh hal yang mendasar. Seperti biasanya, Jokowi hanya menyelesaikan asap dan tidak memadamkan api. Orang-orang kaya hasil warisan dan orang-orang kaya hasil perpaduan penguasa dan pengusaha masih banyak bermunculan.

Selama orang-orang kaya itu masih bermunculan dan cara pengumpulan kekayaan yang serakah masih tetap berlangsung, jangan harap ketimpangan sosial-ekonomi akan bisa diatasi. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: