Spesial Hari Ibu: Mid Uchuriyah, Ibu Tunggal Besarkan Anak dengan Ngojek

Spesial Hari Ibu: Mid Uchuriyah, Ibu Tunggal Besarkan Anak dengan Ngojek

MID UCHURIYAH adalah perwujudan nyata dari perempuan tangguh. Dia menjanda sejak 2017. Sang suami meninggal karena diabetes. Sejak itu, seorang diri dia membesarkan dua buah hati.

Sore kemarin (21/12), Riya–sapaan karib Mid Uchuriyah—bersantai di rumah, kawasan Bulak. Dia ditemani dua putri: Yasmin Al Qonita, 13, dan Jihan Nafla Syaqira, 6. Keluarga kecil itu sedang dalam masa duka. Ibu Riya tutup usia dua pekan lalu (11/12). Dua putri cantik itu pun ditinggal sang nenek. ’’Saya sudah gak narik (ngojek, Red) sepuluh hari ini,’’ tutur Riya.

Padahal, Riya menjadi tulang punggung keluarga. Dia menanggung semua kebutuhan keluarga. Mulai dari makan, rumah, dan biaya sekolah anak-anak. Hanya mengandalkan penghasilan dari menarik ojek online.

Tanggung jawab itu tak dijadikan sebagai beban. Riya selalu bersyukur, bahkan bangga, bisa menafkahi mereka dari pekerjaan yang halal. Berapapun penghasilan yang dia dapat selalu cukup untuk memenuhi semua kebutuhan keluarga.

Semangat itu termotivasi dari anak-anak dia. Juga dari para ibu sesama pengemudi ojek online. Riya bergabung di grup WhatsApp kumpulan ibu-ibu itu. ’’Kami saling menyemangati. Ada yang usianya lebih tua dari saya. Tapi masih rajin banget narik. Enggak pernah mengeluh juga. Dari situ semangat saya semakin tinggi,’’ ujar dia.

RUTINITAS sehari-hari Mid Uchuriyah (kiri), menyempatkan mendandani si sulung Yasmin Alqonita sebelum berangkat bekerja.

Selama hampir lima tahun Riya menjalani pekerjaan tersebut. Ada suka dan duka. Salah satu pengalaman tak terlupakan adalah salah ponsel dia dijambret. Pada suatu siang, dia mengantar order makanan. Di tengah berkendara, ponsel dia berbunyi. Ada notifikasi meminta verifikasi muka.

Riya pun menepi dan berhenti. Dia mencopot telepon pintar yang dikalungkan. Begitu menghadapkan kamera depan pada wajah, seorang pengendara datang dari belakang. Lalu menyahut ponsel yang dia pegang. ’’Saya nggak bisa teriak karena kaget. Ya sudah, pasrah saja sambil nangis,’’ kenang dia.

Kini, Riya punya pekerjaan rumah yang belum bisa terpecahkan. Dia masih bingung membagi waktu. Antara bekerja dan mengasuh anak-anak. Terutama Yasmin. Sebab, si sulung itu tergolong anak berkebutuhan khusus.

’’Kalau kemarin masih ada Simbah (ibu dia, Red). Jadi, kalau saya kerja, anak-anak diurus Simbah,’’ ungkap perempuan 40 tahun itu. Sebelum ibunyi meninggal, Riya bisa bekerja seharian. Berangkat jam 8 pagi setelah menyiapkan sarapan anak-anak. Lalu pulang jam 10 malam.

Sepeninggal sang ibu, Riya keteteran. Namun, bagaimanapun kebutuhan sehari-hari harus terpenuhi. Dia harus tetap bekerja. ’’Mungkin saya berangkatnya bakal lebih siang dan pulang lebih awal,’’ jelas dia.

Riya punya harapan. Dia menyadari usianyi tak lagi muda. Sehingga tidak memungkinkan terus menjalani pekerjaan itu. Cita-cita dia sederhana. Dia hanya ingin membuka warung. Agar bisa lebih banyak menghabiskan waktu dengan anak-anak. ’’Sudah itu saja harapan saya. Semoga bisa segera terwujud,’’ ucap Riya. (Retna Christa-M Nur Khotib)

Sumber: