Kereta IKD Harus Keluar dari Sarang

Kereta IKD Harus Keluar dari Sarang

Band Istana Karya Difabel (IKD) sudah punya enam lagu ciptaan sendiri. Kurang enam lagu lagi untuk dirilis jadi album. Andy Elektrik, sang mentor ingin jebolan IKD produktif. Bukan sekadar ahli cover lagu.

MALAM itu (15/12), Andy tampil lebih rapi. Rambut gondrongnya tertutup bandana. Gitar akustik Tanglewood yang masih mulus sudah menggantung di tubuhnya. Kali ini ia sudah lebih mirip musisi ketimbang preman. “Poleh ketok ngganteng, kan (Jadi terlihat ganteng, kan)?” guraunya.

Ia semringah. Hampir semua anggota IKD sudah berkumpul di trotoar Jalan Tunjungan. Bukan cuma anggota band, para pelukis IKD juga ikut memberikan dukungan.

Ada yang duduk di kursi samping panggung. Ada pula yang duduk lesehan di trotoar jalan legendaris itu. Mereka menebus kegagalan tampil dua hari sebelumnya. Saat itu, banyak yang tidak bisa hadir karena berbagai macam alasan.

Langit juga memberikan dukungan. Sudah tidak ada lagi mendung kelabu di atas Surabaya seperti Senin malam itu. Semua seniman yang diberi jatah tampil oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Surabaya bisa unjuk gigi sampai pukul 22.00.

Andy sudah mengatur jadwal tampil. Terutama untuk vokalis yang harus bergantian. Selama setahun belakangan mereka sudah terbiasa manggung. Tapi cuma di internal komunitas IKD di Sentra Wisata Kuliner Arif Rahman Hakim.

“Kita ini kereta. Jangan mandek di Stasiun Gubeng,” ujar Andy. Komunitas harus bergerak untuk naik level. Lokomotif IKD sudah sangat kuat. Gerbongnya pun sudah terisi banyak. Anak-anak difabel harus sering diajak pindah “stasiun”. Mereka butuh banyak panggung agar terbiasa dengan lingkungan. Tidak terkurung di komunitas dan rumah masing-masing.

Andy bukan pakar tumbuh kembang anak. Bukan pula psikolog. Namun ia punya teori bahwa anak-anak difabel harus sering diajak berkegiatan ke ruang publik. Terapi ini bakal menumbuhkan semangat hidup bagi mereka yang terlahir dengan kemampuan berbeda.

Selama ini mereka termarginalkan. Andy yang puluhan tahun hidup sebagai seniman jalanan paham betul bagaimana rasanya tersisih. Karena itulah ia bertekad mengabdikan sisa hidupnya untuk anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) itu. Semua sudah ia anggap anak sendiri.

Benar kata para wali murid. Andy memang terlihat sangar dari penampilannya. Namun dalam hatinya, ia punya hati bak malaikat. “Anak-anak kerasan banget sejak gabung ke IKD,” ujar Maria Ulfa, salah seorang wali murid.

Malam itu para wali murid juga ikut terlihat semringah. Bagi beberapa orang, inilah kali pertama mereka melihat sang buah hati bisa tampil di hadapan publik.

Andy membawakan salah satu lagu andalannya Band IKD. Judulnya Terang Dalam Gulita. Lagu ini tercipta berkat inspirasi dari anak-anak tunanetra yang menjadi tulang punggung band IKD. 

Jangan ditanya kenapa sampai bisa. Dia melihat dalam gelap. Jangan dikata kenapa sampai terjadi. Merasa peka dalam gulita. 
Seperti angin kau raba sekitarmu. Kau memelukku tanpa ragu. Hangat pelukmu tebarkan rasa rindu. Buktikan ke semua bahwa kau mampu. Teruskanlah kau kepakkan sayapmu. Bentang yang luas, gapai semua impimu.
Teruskanlah kau genggamkan tanganmu. Taklukan dunia. Buktikan semua karyamu. Seperti angin kau raba sekitarmu. Kau memelukku tanpa ragu. Hangat pelukmu tebarkan rasa rindu. Buktikan ke semua bahwa kau mampu.
Aku yakin dan percaya. Bahwa semua ini adalah anugrah. Aku yakin dan percaya. Bahwa semua ini anugerah yang nyata.

Semua terpaku ketika Andy dan anak-anak IKD menyanyikan lagu itu bersama-sama. Bait-baik lirik nan puitis itu diciptakan sendiri oleh Andy. Aransemennya digarap bersama-sama oleh personel band IKD.

Ia dibantu keyboardis Kiki dan Ade. Yugo pada bass. Sedangkan drummer ada empat orang. Yakni Satria, Brian, Abysali, dan Erik. Ramadhan, Angle dan Dewa jadi vokalis utamanya.

Fadhilah Yunviani - Abisali Aqil memainkan drum elektriknya di trotoar Jalan Tunjungan, Rabu (16/12).
(Foto: Fadhilah Yunviani untuk Harian Disway)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: