Adaptasi Budaya Para Suster
Adegan selanjutnya dibuka dengan prolog: Keteguhan hati untuk menemukan Tuhan dalam kehidupan telah mengantar sebuah perjalanan. Alam menjadi bagian yang mengantar dalam perenungan, bahwa perjalanan panjang peziarahan di dunia harus dilakukan. Perjalanan tanpa batas memenuhi panggilan jiwa. Jiwa-jiwa yang penuh dengan cinta berkobar dalam semangat Santa Angela. Disertai dengan hembusan angin laut dan deburan ombak yang tiada henti menghantam perahu yang terus melaju.
Dibaca untuk membuka adegan drama antara para awak kapal bersama biarawati. Kapal mereka sedang terombang-ambing gelombang laut besar. Saat gelombang tersebut membuat kapal mereka terguncang, seisi kapal panik. Namun para biarawati tetap teguh dan terus berdoa, memohon agar badai segera berlalu.
Dalam drama musikal ada muatan humor-humor segar. Seperti saat ABK nyeletuk kepada para biarawati bahwa mereka sebenarnya tak perlu repot-repot pergi ke Jawa. (Pambuko Kristian untuk Harian Disway)
Dalam adegan tersebut termuat humor-humor segar. Para ABK nyeletuk kepada para biarawati bahwa mereka sebenarnya tak perlu repot-repot pergi ke Jawa. ”Lebih baik tinggal di Eropa saja, adem. Kok ke Jawa segala,” ujar salah seorang dari mereka. ”Ini panggilan suci, panggilan Tuhan. Akan kami lalui, sebab kami yakin bahwa Tuhan senantiasa membimbing,” ungkap seorang biarawati.
Sebuah nyanyian dibawakan oleh tim paduan suara dengan iringan gamelan. Melagukan kisah perjalanan biarawati Ordo Ursulin: Adalah cerita, anak manusia. Tinggalkan semua, sanak dan saudara. Berjalanlah ia, menuju dermaga. Siap jiwa raga, arungi samodra. Nun jauh di sana, tempat tuk berkarya. Demi cita-cita mulia Santa Angela.
Seluruh aktor pendukung pementasan ”Sacred Journey” yang larut dalam suasana khidmat ketika melantunkan lagu ”Indonesia Pusaka”. (Pambuko Kristian untuk Harian Disway)
Liriknya mudah diikuti. Para pengunjung menikmati nyanyian dengan iringan gamelan yang teduh. Beberapa adegan diramaikan dengan penampilan humor para guru dan staf Santa Maria. Dilanjutkan dengan nyanyian puji-pujian serta tembang-tembang Jawa.
Pada adegan pertengahan, seorang guru bernama Bagus sedang duduk menghadap laptop. Dalam layar yang terpasang di bagian belakang, terlihat gambar kapal laut beserta para biarawati yang sedang menunaikan tugas suci.
Bagus sedang mengisahkan perjalanan biarawati Ordo Ursulin ke tanah Jawa. Pada slide terakhirnya ia menggambar pulau-pulau di Indonesia dengan fokusnya di Jawa.
Tari gambyong yang dibawakan Risda Rindang Prameswari, siswa SMPK Santa Maria. (Pambuko Kristian untuk Harian Disway)
Tari gambyong dibawakan oleh dua penampil. Seorang penari serta seorang biarawati. ”Menggambarkan proses adaptasi dengan budaya setempat. Ketika para suster datang ke tanah Jawa,” ujar Pambuko.
Adegan selanjutnya, suster Noorwindhi Kartika Dewi hadir di atas panggung dan menyanyikan Indonesia Pusaka. Dia didampingi seluruh aktor dalam pementasan Sacred Journey. Layar di belakangnya menampilkan gambaran deretan pulau-pulau di Indonesia.
Video profil Kampus Santa Maria menjadi adegan penutup. Sacred Journey berarti ”perjalanan suci”. Mengisahkan karya besar biarawati Ordo Ursulin dalam bidang pelayanan kemanusiaan. Sekolah Santa Maria adalah salah satu wujud karya mereka.
Pementasan 100 tahun sekolah Santa Maria Surabaya itu dihelat secara live streaming YouTube Sanmar Media dan pementasan langsung. Disaksikan oleh ribuan biarawati Ordo Ursulin serta pemuka-pemuka agama Katolik di seluruh Indonesia.
”Pada usia seabad ini kami berharap dapat terus memberikan pelayanan dalam bidang pendidikan. Sesuai semangat Ordo Ursulin dan Santa Angela,” pungkas Pambuko. (Heti Palestina Yunani-Guruh Dimas)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: