Pengadaan Bus BTS Bermasalah
KEMENTERIAN Perhubungan bagi-bagi bus ke Medan, Denpasar, Palembang, Solo, Jogjakarta, Bandung, Banyumas, Sumedang, Bogor, Banjarmasin dan Makassar sejak Juni 2020. Jatah untuk Surabaya baru diberikan 29 Desember 2021. Dinamakan Trans Semanggi Suroboyo. Sampai sekarang bus-bus itu belum terlihat mengaspal.
Surabaya dapat jatah 104 armada yang melayani enam koridor. Yakni koridor 1 (Purabaya ke Tanjung Perak via Jalan Raya Darmo), koridor 2 (Jalan Raya Lidah Wetan-Karang Menjangan-ITS), koridor 3 (Terminal Purabaya-Kenjeran via MERR), koridor 4 (GBT-UNESA-Mastrip), koridor 5 (Terminal Benowo-Tunjungan), serta koridor 6 (Terminal Purabaya-UNAIR Kampus C).
BUS Trans Semangggi Suroboyo saat diluncurkan 29 Desember 2021 lalu.
Koalisi Pejalan Kaki menggelar diskusi terbuka terkait program Buy the Service (BTS) dari berbagai kota kemarin (3/1). Beberapa komunitas lokal hingga pakar transportasi diundang. Temanya: Ada apa dengan BTS?
Aditya C. Janottama, perwakilan Transport for Surabaya (TFS) mendapat giliran bicara pertama. Ia mengungkapkan kekecewaannya karena BTS yang menggunakan aplikasi Teman Bus sudah banyak ditunggu. ”Selama tiga tahun ini kami pakai Suroboyo Bus yang metode pembayarannya rumit dan headway sampai sejam sekali,” katanya.
Setelah ditelusuri, Trans Semanggi masih diparkir di PO Kalisari. Hingga kemarin, Adit masih belum mendapat penjelasan resmi dari pemkot terkait penundaan operasional bus tersebut.
Dalam peresmian Trans Semanggi Suroboyo di Balai Kota 29 Desember, Wali Kota Eri Cahyadi mengumumkan bahwa layanan transportasi baru itu beroperasi mulai 1 Januari 2022. Satu koridor dulu: Unesa-ITS.
Pada 2 Januari Eri juga mengunggah postingan di Instagram pribadinya terkait peresmian bus itu. Informasinya tetap sama: Trans Semanggi beroperasi 1 Januari. ”Tapi sampai sekarang busnya belum beroperasi,” ujar dokter lulusan Universitas Indonesia itu.
BUS LISTRIK Trans Semanggi yang seharusnya beroperasi mulai 1 Januari.
Perwakilan dari Banjarmasin juga menerangkan keluhan yang sama. Bus sudah di-launching tapi tidak beroperasi.
Kasus ini juga terjadi di Bogor. Wali Kota Bogor Bima Arya sampai membuat konferensi pers. Pemkot setempat sudah telanjur menjanjikan bus beroperasi 1 Januari. Bahkan ia menawarkan agar biaya operasional bus ditanggung pemerintah daerah. Sudah banyak masyarakat yang menagihnya.
Di Semarang muncul persoalan terkait driver. Banyak sopir bus yang tersingkir dan tidak tertampung. Beberapa orang tidak memiliki ijazah mengemudi. Namun dari pengalaman mereka selama puluhan tahun, seharusnya pemerintah mau mempertimbangkannya.
Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat Djoko Setijowarno mengatakan, BTS adalah program Presiden Jokowi yang gagal terlaksana di periode pertamanya. ”Sampai berakhir periode itu, tidak ada kota yang memulai,” kata Djoko.
Program itu banyak mendapat penolakan. Kepala daerah tidak takut dengan Kementerian Perhubungan. Mereka tunduk pada Kementerian Dalam Negeri. Surabaya termasuk yang menolak. Wali Kota Tri Rismaharini (2010-2020) ingin bus low deck. Makanya Surabaya bikin Suroboyo Bus sendiri.
Kabupaten Bogor juga menolak. Namun belakangan bupatinya justru mendekat agar tetap diikutkan ke program BTS. Setelah sukses di berbagai kota, BTS mulai dianggap sebagai program serius.
SUROBOYO BUS batal punya teman baru. Kini Suroboyo Bus yang jumlahnya terbatas masih menjadi moda transortasi massal paling nyaman di Surabaya.
Lantas mengapa program itu kini bermasalah? Djoko mengatakan ada evaluasi dari pemerintah pusat. Pengadaan BTS dianggap belum sesuai prosedur. ”Kementerian Keuangan menyalahkan prosedur multiyear. Padahal periode pertama tidak masalah, yang kedua salah,” keluh pakar transportasi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: