Rumah Warga Miskin Ditempel Stiker
APA yang akan dirasakan warga miskin di Surabaya nanti. Rumah mereka akan ditempeli stiker sebagai penanda bahwa mereka adalah Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Tujuannya untuk mengontrol program bantuan sosial (Bansos) agar tepat sasaran.
Desain setikernya sudah ada. Bulan ini, Dinas Sosial (Dinsos) Surabaya bakal melelang pembuatan stiker. ”Karena jumlahnya banyak, harus melalui lelang,” ujar Kepala Dinsos Anna Fajriatin.
Pada desain stiker, terdapat empat kolom pilihan bantuan. Yakni program keluarga harapan (PKH), bantuan pangan non tunai (BPNT), bantuan sosial tunai (BST), dan BPNT-PKH. Nantinya pemkot akan memberi tanda di salah satu kolom bantuan.
Anna memastikan bahwa penempelan stiker bukan untuk mempermalukan warga miskin. Namun guna mempermudah RT maupun RW dalam mengawasi pemberian bantuan. Sebab selama ini banyak bantuan yang tidak tepat sasaran.
KEPALA Dinas Kominfo Kota Surabaya M. Fikser memberikan penjelasan kepada lurah dan camat tentang program stiker MBR. (Foto Eko Suswantoro-Harian Disway)
Stiker juga akan dilengkapi barcode. Jadi petugas maupun RT/RW bisa melihat apakah penghuni rumah sudah masuk data MBR. Serta bisa dilihat jenis bantuan yang seharusnya mereka terima.
Jumlah MBR juga meningkat. Pada 31 Desember 2021, jumlahnya lebih dari 1 juta orang. Anna berjanji melakukan pemutakhiran data tiap bulan. Sebab, dia menemukan data yang tidak update sejak 2018. Padahal kemungkinan orang tersebut sudah meninggal. Bahkan bisa saja sudah tidak masuk kategori MBR.
”Nah stiker ini juga membantu kami untuk mendata. Apakah KK di rumah tersebut sudah masuk data MBR atau belum. Sehingga data bisa lebih jelas,” ujar mantan kepala DKRTH itu.
Terkait penempelan stiker di rumah warga miskin, Sosiolog Unair Bagong Suyanto tidak merisaukan. Pemakaian stiker untuk MBR bukan hal baru. Dulu pemkot Surabaya sudah pernah menerapkan hal serupa. Bedanya stiker yang sekarang terintegrasi dengan aplikasi MBR. Sehingga rumah yang sudah memiliki stiker bisa dipantau melalui aplikasi.
Menurut Bagong, warga berstatus MBR tidak akan tersinggung rumah mereka dipasangi stiker. Sebab, mereka memang membutuhkan bansos. ”Beda dengan kelas menengah. Pasti akan malu. Tapi yang MBR tidak akan malu,” katanya.
Bagong berpendapat, stiker MBR justru mengajak masyarakat berpartisipasi dalam pengawasan bansos. Mereka bisa memantau tetangganya yang berhak mendapatkan bantuan maupun tidak. Sehingga bansos bisa tepat sasaran.
”Kecil sekali kemungkinan bakal terjadi masalah sosial karena stiker. Apalagi di masa pandemi seperti ini,” lanjutnya. (Andre Bakhtiar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: