Komentar Penggemar Film untuk Film The Artist (2011)

Komentar Penggemar Film untuk Film The Artist (2011)

Hidup Berkat Dujardin dan John Goodman

The Artist adalah sebuah film yang spesial. Bukan karena menggunakan format hitam putih. Tetapi karena sang sutradara memutuskan membuat film yang amat sangat berbeda. Kalimat saya mungkin sedikit berlebihan. Tapi memang untuk menggambarkan keseluruhan film tanpa membuat spoiler, hanya kata-kata itu yang bisa digunakan.

Keputusan mendapuk Jean Dujardin dan John Goodman adalah keputusan yang tepat. Dua aktor besar dari dua negara berbeda ini menjadi nyawa film. Ekspresi wajah dan gerak tubuh mereka kadang saling setuju dan mendukung, kadang saling bertentangan, muncul dengan sangat menonjol. Oh ya, kehadiran James Cromwell, walaupun perannya kecil, mimik wajahnya tidak ada yang bisa menggantikannya. Sisi casting dan akting mendapat angka sempurna.

JOHN GOODMAN yang memerankan bos studio film di era 1920an menjadi sentuhan yang pas dalam cerita The Artist.

Naskahnya, jangan ditanya lagi. Sebab akting tiga aktor orang tersebut di atas tidak akan bisa maksimal tanpa naskah yang bagus. Buktikan sendiri, Anda akan terkesima. Memangnya film seperti ini pakai naskah? Ohoho... Tentu saja, Ferguso! Naskah adalah garis-garis besar haluan film, yang harus ditaati siapapun yang terlibat di dalamnya. Jika ada improvisasi biasanya tidak mengambil bagian besar dari film.

Bagaimana dengan sektor setting lokasi, kostum pemain, dan penataan artistiknya? Di sektor ini saya pun memberi acungan jempol. The Artist bagaikan mahakarya. Superlangka. Bahkan film karya Denis Villenevue, Polytechnique, ataupun film Christopher Nolan The Following terasa sedikit di bawah The Artist. Yang paling baru adalah Mank, karya David Fincher. Sayangnya juga belum bisa mengungguli The Artist.

The Artist jangan Anda lewatkan karena ini akan memperkaya khazanah film Anda sehingga Anda mampu menelaah film lain dengan lebih nikmat. Semakin banyak "daftar pustaka" film di ingatan kita, maka menonton film lain akan memicu ingatan-ingatan dan memunculkan perbandingan-perbandingan secara otomatis. Yang pada giliran terakhir justru mampu membuat film yang sedang kita tonton dan kita telaah terasa lebih indah.

 

Wimpie,

karyawan swasta

+++

Keberanian Mengambil Risiko 

PADA 2011, sebuah bioskop di Liverpool, Inggris, dikabarkan digugat beberapa penonton. Mereka merasa tertipu, dan minta uangnya dikembalikan. Gara-garanya, beberapa menit menonton The Artist, mereka bingung karena filmnya tidak berwarna. Plus tidak ada ada dialog sama sekali. Beberapa penonton tak sadar bahwa The Artist adalah film bisu.

Peristiwa di atas memang sangat unik dan konyol. Apalagi terjadi di masa ketika YouTube sudah dipenuhi trailer dan review. Hanya orang yang sangat cuek dan mager yang tidak tahu bahwa film yang akan ditonton benar-benar bisu. Penonton tak punya hak untuk meminta uang kembali, hanya karena film yang ditonton tidak sesuai dengan ekspektasi mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: