Nia Ramadhani, Dikau Menginspirasi
Nia Merasa, Dia Kutukan
Kamis pagi, 16 Desember 2021. Sidang di PN Jakarta Pusat. Terdakwa Nia Ramadhani, agenda sidang: Pemeriksaan terdakwa Nia.
Nia di persidangan: "Di awal tahun 2014 papa saya meninggal. Waktu itu saya ketemu dia baru tiga tahun belakangan, sebelum dia meninggal."
Ayah Nia, Priya Ramadhani, meninggal, Jumat, 7 Februari 2014, di usia 60. Akibat kanker darah menyerang tulang. Priya, mantan pengurus Partai Golkar, sempat jadi anggota DPRD DKI Jakarta. Ia meninggal beberapa hari setelah merayakan ulang tahun bersama semua anak-anak, termasuk Nia dan Ardi.
Nia: "Sejak itu saya selalu sedih. Dari saat itu sampai April tahun 2021 saya belum pernah bisa cerita ke siapa pun bahwa saya kehilangan."
Ada apa dengan April 2021? Itulah saat kali pertama Nia mengonsumsi sabu-sabu.
Nia: "Saya pernah cerita ke teman. Saya bilang, saya selalu meratapi nasib buruk. Tapi, jawaban mereka, begini: Nia, malulah untuk sedih. Karena hidupmu itu banyak yang pengin. Kamu terkenal. Kamu punya suami keren. Kamu punya anak-anak cantik, ganteng, cerdas. Harta berkelimpahan. Kamu hidup di keluarga terpandang. Kamu nggak patut sedih."
Dilanjut: "Di saat itu saya terpuruk. Karena saya merasa sebagai seorang Nia itu kutukan. Saya sedih... Saya bener-bener kehilangan belahan jiwa saya, papa saya itu."
Waktu bicara, suara Nia bergetar. Menangis. Maka, Ardi, yang duduk di sebelah langsung mengusap punggung Nia. Menenangkan.
Pada 16 April 2021 Nia ultah ke-31. Dirayakan bersama keluarga.
Nia: "Dan April 2021 itu saya lagi pengin-penginnya dapat ucapan ultah dari papa. Sedih banget. Lalu, saya teringat teman-teman waktu 2006, mengatakan, ada suatu zat. Yang katanya, kalau kita pakai, efeknya dari capek bisa kuat, dari sedih bisa jadi happy."
Hakim anggota, Fahzal Hendri, memotong: "Siapa teman yang kenalkan barang itu (narkoba)?"
Nia diam sejenak. Kelihatan mikir. Lantas menjawab:
"Di perkumpulan syuting saya dulu lah, Pak. Saya saat itu mungkin batin saya jadi lemah. Jadi, saya kemakan kata-kata itu. Lalu, saya cari zatnya, dan saya mau."
Hakim tidak mengejar soal teman Nia. Melainkan, mengejar logika yang kurang nyambung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: