Penanda Ultah ke-3 Favehotel Sidoarjo

Penanda Ultah ke-3 Favehotel Sidoarjo

Eman kalau enggak diisi. Saya diminta membawa satu lukisan lagi untuk mengisi bidang tersebut,” ujar Yoes yang memajang lukisan lain berjudul Topeng Cirebonan.

Selain Yoes, ada 10 pelukis lain anggota Komperta yang meramaikan ulang tahun hotel yang beralamat di Jalan Jenggolo 15, Sidoarjo itu. Ada Mac Gayoon, Rudy Asri, Djagad Ngadianto, Indra Jeneb, Lutfi Sakato, Misgeiyanto, Ganda Dagar, Widodo Basuki, Andiek Eko, dan Kris Maryono.

Karya mereka yang dipajang di ruang terbuka hotel yang terasa nyaman. Di bagian selatan ruang pamer ada kolam dengan air mancur yang keluar dari hiasan-hiasan semacam guci kecil. Di sanalah, para pengunjung bisa bebas menikmati lukisan sembari menghirup udara segar.

Dibentuk pada 2015, Komperta menghimpun 12 perupa asal Sidoarjo. Edisi awal Komperta adalah Iswahyudi, Eddy Kuas, Juniarto Dwi Nugroho, Djagad Ngadianto, Misgeiyanto, Mac Gayoon, Andi Eko, Ganda Gardian, Bangun Asmoro, Yoes Wibowo, Kris dan Indra Jeneb.

Setahun berjalan, pada 2016 Komperta kehilangan inisiator utama, Iswahyudi. Pada 2020, eksistensi mereka seolah terhenti. Bukan hanya karena pandemi, namun dua anggota mereka, Eddy dan Juniarto, meninggal dalam waktu berdekatan. Hal itu membuat anggota yang tersisa sempat putus asa.

Semarak ”Road to 3rd Anniversary Favehotel Sidoarjo” yang diramaikan dengan 11 pelukis Sidoarjo yang tergabung dalam Komunitas Perupa Delta atau Komperta. Mereka foto bersama usai acara pembukaan.

”Ada sih kepikiran untuk bubar segala. Tapi keinginan itu coba kami buang jauh-jauh. Semangat para almarhum yang membuat kami tetap survive. Apa pun yang terjadi,” ujar Djagad.

Dalam pameran, Djagad memajang karya berjudul Petruk. Petruk merupakan representasi rakyat kecil yang sederhana, namun punya semangat tinggi. Bahkan keinginannya tersebut mampu mengantarkannya sebagai raja, seperti dalam lakon wayang Petruk dadi Ratu.

Dengan lukisan tersebut Djagad berharap, Komperta meski anggotanya tak banyak, namun sebisa mungkin mereka tetap eksis dan menjalani kebersamaan dengan penuh semangat serta keceriaan. Seperti halnya Petruk yang selalu akrab dengan saudara-saudaranya.

Untuk menerjemahkan Gumregah, Komperta membebaskan semua peserta melukis dalam genre dan tema apa pun. Tampak beberapa karya lebih menyentil tentang kerinduan sesama anggota yang setelah sekian lama vakum tak pameran bersama.

Rudy dalam judul Harmony, misalnya. Ia menggambarkan dua burung merak sedang bersanding. Burung tersebut kerap dianggap sebagai simbol sifat yang optimis, antusias dan passionate. Dalam mitos Yunani Kuno digambarkan sebagai Dewi Hera, simbol kecantikan dan keabadian, serta penghubung masa lalu dan masa depan.

Harmony seakan ingin menyatakan bahwa Komperta harus tetap optimis menyongsong hari esok, dengan berpameran dan berkreasi. Meski pernah mengalami masa lalu yang perih, namun alangkah baiknya untuk kembali memikirkan, bahwa antusiasme itu juga ditanamkan oleh tiga pendahulu mereka yang telah wafat.

Kris mengusung Flower Energy. Rangkaian logam dan material sisa seperti besi, kaset tape dan sebagainya, membentuk citraan figur manusia dengan kepala menyerupai bunga matahari.

Bunga tersebut melambangkan kebahagiaan, kecerdasan, serta daun-daunnya yang saling berdekatan satu sama lain bermakna persahabatan. Mantan penyiar RRI tersebut berharap agar Komperta dapat menjalin persahabatan demi persatuan.

Lukisan karya Mac Gayoon berjudul ”Jago Putih” (kanan) tengah disimak pengunjung. Dia mengagumi karya ketua Komperta yang berbicara tentang alarm alami setiap pagi hari dengan kokoknya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: