Jepang Bantai Kelompok Maluku di NV Braat Ngagel

Jepang Bantai Kelompok Maluku di NV Braat Ngagel

Setelah mengunjungi Monumen Wira Surya Agung rombongan bergeser ke The Machinefabriek NV Braat. Banyak yang tidak tahu tempat apa itu.

TIM Roodebrug sudah berjalan lebih dulu pakai sepeda motor. Sementara rombongan 26 pesepeda mulai menata barisan. Pagi itu mereka sudah mendapat bekal kisah pertempuran fase pertama di Jembatan Wonokromo.

Titik kedua adalah Ngagel. Rombongan akan menyusuri Kalimas yang memanjang hingga Pelabuhan Rakyat (Pelra) Tanjung Perak.

Pendiri Roodebrug Soerabaia Ady Setyawan yang memakai sepeda Brompton memandu rombongan di barisan terdepan. Mereka jalan santai di bawah 20 kilometer per jam.

Di seberang sungai tertata rapi permukiman warga. Wajah rumah mereka menghadap ke sungai. Pakai konsep water front city yang terus dikembangkan Pemkot Surabaya.

Tujuan selanjutnya adalah NV Braat. Inilah kawasan industri yang dibangun pemerintah kolonial Belanda. Rombongan menepi di lapangan terbuka di kanan jalan. “Kita sudah sampai,” kata Ady yang masih berada di sepedanya.

NV Braat didirikan 1901 oleh B. Braat JNZ. Awalnya industri itu tersebut memproduksi mesin-mesin untuk pabrik gula di Jawa. Kala itu, Jawa adalah lumbung gula dunia. Sebanyak 200 pabrik dibangun pada era 1920-1930.

Namun situasi dunia memanas. Perang Dunia II berkecamuk 1 September 1939. Kawasan industri itu harus berubah fungsi. “Berubah jadi produsen peralatan perang. Termasuk produksi masal helm baja,” ujar penulis buku Kronik Pertempuran Surabaya (2020) itu.

Nasib pabrik NV Braat nyaris tak terlihat. Tidak ada penanda bahwa kawasan itu pernah jadi objek penting kota ini. Ada banyak nyawa pekerja pabrik yang terenggut di sana. 

Yang tersisa hanya sebuah bangunan kecil di tepi jalan. Kini fungsinya berubah jadi arena futsal. Sementara reruntuhan pabrik telah ditumbuhi tanaman liar. 

Pabrik sempat berpindah tangan ke Jepang ketika Belanda menyerah tanpa perlawanan. Masa kelam dimulai. Tawanan perang asal Belanda dan pekerja pribumi dikuras tenaganya. Mereka kerja siang malam untuk keperluan peralatan perang Jepang. 

Ady menerangkan, pekerja ditempatkan di distrik Darmo. Setiap pagi, mereka digiring ke area pabrik dengan pengawalan ketat dari militer Jepang. Hal yang sama terjadi saat mereka pulang. 

Sebuah tanda kain diikat pada lengan pekerja. Dilengkapi dengan lingkaran berwarna merah. “Nanti materinya bisa dibaca di katalog,” ujar Ady.

Pada 1943 Belanda menyerang balik. Mereka membawa serta pasukan Inggris dan Gurkha. Serangan pertama sekutu terjadi pada 21Juli 1943. 

Kawasan pangkalan angkatan laut jadi sasaran utama. NV Braat yang menjadi titik penting juga digempur untuk direbut kembali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: