Kasus Kematian DBD Didominasi Anak-anak
JUMLAH kasus demam berdarah dengue (DBD) di Jatim terus bertambah. Dalam sehari bertambah 243 kasus. Pada Rabu (26/1) lalu, total ada 977 kasus dengan 17 kasus kematian. Kini total menjadi 1.220 kasus dengan tambahan 4 kasus kematian.
Total kasus itu lebih tinggi ketimbang Desember 2021 lalu yang mencapai 1.108 kasus. Dengan kematian sebanyak 13 kasus. Pada Januari ini, kasus kematian sementara 21 orang. Itu berarti angka fatalitas kasusnya naik.
“Angka fatalitas DBD di Jatim sekarang 1,7 persen,” ujar Kepala Dinas Kesehatan dr Erwin Astha Triyono saat konferensi pers di ruangannya, kemarin (27/1). Jumlah pasien paling banyak dari kalangan anak-anak usia 5-14 tahun. Begitu juga dengan 21 kasus kematian itu. Rinciannya, 2 balita, 17 kasus dalam rentang usia 5-14 tahun, dan 2 orang usia di atas 45 tahun.
Kenapa DBD punya risiko lebih tinggi pada anak-anak? Karena, kata Erwin, anak-anak tidak terlalu bisa mengeluh atas yang dialaminya. DBD seringkali termanifestasi pada demam.
Lalu, biasanya demam turun pada hari ketiga. Anak-anak merasa nyaman lagi. Mereka pun bermain seperti biasa. Padahal, DBD terus berlanjut. Ketika demam naik lagi, sudah terlambat sampai ke rumah sakit.
Untuk itu, kewaspadaan harus lebih ditingkatkan. Begitu ada potensi demam harus segera berpikir cepat. Bahwa ada dua kemungkinan antara Covid-19 dan DBD. Ia menyarankan untuk rawat inap jika ada kecurigaan mengarah ke DBD. “Biar cepat dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium dan dimonitor di rumah sakit,” kata mantan Penanggung Jawab Dokter RS Lapangan Indrapura.
Sebab, untuk menegakkan diagnosis DBD memang perlu upaya detail. Tidak hanya berdasarkan klinis saja. Tetapi juga berdasarkan pemeriksaan laboratoris untuk pemeriksaan darah secara lengkap. Biasanya memakai IGM dan IGG antidengue. Agar bisa dilihat jumlah trombosit di dalam tubuh.
Erwin memaparkan, infeksi dengue itu disebabkan oleh virus dengue. Penularan dan pesebarannya melalui nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk itu cukup spesial. Habitatnya justru di tempat-tempat yang bersih dan jernih.
“Kami ingin dorong masyarakat bersama-sama menyelesaikan ini dari level hulu. Jadi, cegah dengan 3M. Jangan sampai ada nyamuk yang berkembang biak di sana,” terangnya.
Upaya fogging atau pengasapan terus dimaksimalkan. Khususnya di area-area yang terdapat pasien (DBD). Fogging sangat efektif membunuh nyamuk dewasa. Sisanya, pencegahan dilakukan dengan pemakaian larvasida atau abate. Yakni untuk mematikan jentik-jentik nyamuk.
Jumlah pasien DBD terbanyak ada di lima daerah. Pertama, Kabupaten Bojonegoro sebanyak 112 orang, Kabupaten Nganjuk sebanyak 82 orang, Kabupaten Malang sebanyak 73 orang, Kabupaten Ponorogo sebanyak 64 orang, dan Kabupaten Tuban sebanyak 61 orang.
Namun, Dinas Kesehatan masih belum menetapkan status kejadian luar biasa (KLB). Saat ini semua rumah sakit beserta tenaga medis harus lebih fokus. Berhati-hati dalam memutuskan diagnosis pasien demam tanpa gejala lainnya. Ada kemungkinan pasien mengalami koinsiden. Terpapar Covid-19 dan DBD sekaligus. “Meski saat ini kami belum punya datanya. Tapi hati-hati. Prinsipnya, KLB akan kami hitung ulang,” tegas Erwin. (Mohamad Nur Khotib)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: