Omicron Diprediksi Mereda Akhir Maret

Omicron Diprediksi Mereda Akhir Maret

GELOMBANG ketiga pandemi Covid-19 sedang berlangsung. Dimulai saat terjadi transmisi lokal varian Omicron pada akhir Desember 2021. Itu sudah diprediksi para pakar epidemiologi. Bahwa momen Natal dan Tahun Baru adalah penentuan ujian.

”Eh Desember malah muncul transmisi lokal Omicron. Jadi lulusnya ditunda lagi,” kata Epidemiolog Universitas Airlangga Windhu Purnomo, kemarin (13/2). Yang tak lulus bukan cuma Indonesia saja. Tetapi juga seluruh negara di dunia.

Kemunculan varian Covid-19 memang susah diprediksi. Padahal, Indonesia sudah melewati gelombang kedua. Varian Delta menyerang sejak Juli hingga September tahun lalu. Begitu memasuki Oktober, kasus sudah cenderung menurun.

Kemudian Omicron kali pertama terdeteksi pada awal November 2021 di Afrika Selatan. Daya tularnya sangat cepat. Tak sampai satu bulan sudah masuk ke Indonesia. ”Kita sudah bagus. Malah di luar negeri ada varian baru lagi,” ujar pria kelahiran Malang itu.

Puncak lonjakan kasus Omicron bakal terjadi di akhir bulan atau awal Maret nanti. Namun, Windhu optimistis gelombang ketiga tak berlangsung lama seperti gelombang sebelumnya. Mengingat kasus Omicron naiknya lebih cepat.

Daya tular yang lebih cepat itu juga berdampak ke yang lain. Yakni masa inkubasi dan infeksi Omicron juga lebih cepat. Bagusnya lagi, rawat inap juga lebih kecil ketimbang serangan varian Delta. Perkiraan, kasus bakal melandai pada akhir Maret nanti.

”Ramadhan kan awal April. Mudah-mudahan segera capai puncak. Ya, kemungkinan jelang Ramadan keadaannya sudah bagus,” katanya. Ia mengimbau masyarakat tidak terlalu panik. Setiap yang terpapar dengan gejala ringan atau tanpa gejala tidak perlu masuk RS. Agar para tenaga kesehatan juga tidak tertular. Sehingga sistem kesehatan juga bisa optimal. Tidak kewalahan seperti sebelumnya.

Menurutnya, varian-varian Covid-19 akan terus bermunculan sepanjang terjadi penularan. Sebab Covid-19 merupakan tergolong virus RnA. Penularan itulah yang menyebabkan virus bermutasi. Lalu, kapan status pandemi Covid-19 bisa dihentikan?

“Makanya prokes harus tetap dilakukan orang seluruh dunia,” ungkapnya. Berkaca pada negara-negara di Eropa. Terlalu berani. Kasus sedikit longgar, prokes langsung dilepas. Risikonya virus bermutasi.

Windhu menyatakan, pandemi Covid-19 bisa berakhir dengan satu indikasi. Yakni apabila virulensi (keganasan virus, Red) setiap varian baru yang muncul tidak membahayakan. Artinya, setiap pasien hanya mengalami gejala ringan saja. ”Tapi, kalau makin baru makin bahaya ya berarti gak habis-habis pandeminya,” terangnya.

Sementara itu, jumlah kasus aktif di Jawa Timur terus bertambah. Rata-rata tambahan kasus harian konsisten di angka 2.000 an kasus. Data terakhir, kasus aktif sudah tembus 18.174 kasus.

Begitu juga dengan angka kesembuhan. Setiap hari mencapai kisaran 2.000-3.000 kasus. Windhu menilai strategi penanganan saat ini sudah tepat. Mengingat kekebalan alamiah juga sudah muncul di masyarakat. ”Kita lebih rileks. Ga usah diketatkan seperti PPKM darurat. Cukup terapkan skrining aplikasi PeduliLindungi saja di mana-mana,” jelasnya. (Mohamad Nur Khotib)

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: