Latih Musik demi Sesuap Nasi

Latih Musik demi Sesuap Nasi

Malam itu, Fu He An ditanggap dengan honor lumayan. Lumayan pas, maksudnya. Rp 5 juta untuk bermain sekitar sejam.

Berdasar kesepakatan mereka, duit itu dibagi rata untuk para kru. Entah dia dalang atau pemain musik. Semua sama. Toh, keterampilan mereka sejatinya pun sama. Hanya peran-perannya yang kadang berbeda dalam setiap kesempatan. Yang sekarang mendalang, besok bisa membantu bermain musik. Yang saat ini bermain musik, di penampilan selanjutnya juga bisa kebagian memainkan boneka.

Angpau dari penonton juga dibagi rata. Itulah yang membuat mereka kompak. Tidak menang-menangan. Tidak ada pula yang jadi kalah-kalahan.

Yang ’’ngalah’’, barangkali, adalah Toni Harsono. Sebab, ia tidak pernah mengambil sepeser pun honor penampilan (Baca: Ribuan Kepala dan Kaki di Museum Potehi). Walaupun sejatinya ia berhak mendapatkan uang dari situ.

Namun, ngalah-nya Toni itu sejatinya yang membikin ia jadi pemenang. Bahwa wayang potehi—utamanya di Gudo, Jombang—, masih berkibar. Masih terdengar di beberapa tempat Indonesia. (Doan Widhiandono)

Edisi sebelumnya: Awalnya Tukang Beli Minuman

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: