Perang Rusia-Ukraina, Jokowi Melerai

Perang Rusia-Ukraina, Jokowi Melerai

Saat Perang Dingin (1947–1991), warga dunia cuma penonton. Kini Rusia menyerbu Ukraina dan Amerika Serikat membela Ukraina: Perang Dingin berlanjut. Tapi, Presiden Jokowi selaku presidensi G20 berupaya menengahi perang.

SIMAKLAH. Jokowi di akun resmi Twitter-nya dikutip Kamis, 24 Februari 2022, ditulisnya begini:

"Rivalitas dan ketegangan di Ukraina harus dihentikan sesegera mungkin. Semua pihak yang terlibat harus menahan diri dan kita semua harus berkontribusi pada perdamaian. Perang tidak boleh terjadi."

Dilanjut: "Saatnya dunia bersinergi dan berkolaborasi menghadapi pandemi. Saatnya kita memulihkan ekonomi dunia, mengantisipasi kelangkaan pangan, dan mencegah kelaparan."

Suatu kemajuan luar biasa bagi Indonesia. Yang, di Perang Dingin hanya jadi penonton. Di awal Perang Dingin jilid dua ini, ikut terlibat dalam perdamaian dunia. Sebagai tukang pisah perkelahian.

Perang Dingin jilid II hanya asumsi. Diembuskan pengamat internasional, terkait posisi Amerika Serikat (AS) membela Ukraina sekarang. Berarti berhadapan dengan ”biang”-nya Uni Soviet: Rusia.

Dikutip dari The Newyorker, 19 Februari 2022, bertajuk: Does the U.S.-Russia Crisis Over Ukraine Prove That the Cold War Never Ended?, kolumnis Robin Wright, menyatakan:

Pembelaan AS atas Ukraina membuktikan ucapan mantan Presiden Amerika George H.W. Bush benar. Perang Dingin belum benar-benar berakhir.

The Newyorker mengutip The New York Times edisi 4 November 1992, yang mengutip secara lengkap pidato Bush, 3 November 1992. Itulah pidato terakhir Bush sebagai presiden AS.

Cuplikan pidato Bush terkait Perang Dingin, begini:

”Hal terbesar yang telah terjadi di dunia dalam hidup saya, dalam hidup kita, adalah ini: Dengan anugerah Tuhan, Amerika memenangkan Perang Dingin.”

Dilanjut: "Perjuangan ideologis antara Barat yang dipimpin Amerika Serikat dan Timur yang didominasi Uni Soviet, yang dimainkan dalam perang proksi di seluruh dunia selama empat dekade, belum berakhir begitu saja."

Entah suatu kebetulan atau bukan, hampir tiga puluh tahun kemudian (sekarang) pidato itu terbukti. Ketika Rusia menyerbu Ukraina, AS mengajak sekutunya, Eropa Barat, membela Ukraina.

Meskipun, Uni Soviet pernah beribu kota di Kiev, ibu kota Ukraina sekarang. AS tidak peduli. Pokoknya, siapa pun yang beribu kota di Moskow pasti dilawan AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: