Ivermectin Ikuti Gelombang Omicron?
Uji Klinis Ivermectin
Dasar keputusan tentang manfaat terapi suatu obat adalah uji klinis. Ivermectin menjalani prosedur ilmiah yang baku.
Saat ini telah terkumpul banyak sekali hasil penelitian. Laporan uji klinis yang diperoleh dari peneliti di seluruh dunia, dilakukan analisis. Hasilnya terbilang bervariasi.
Mayoritas menunjukkan hasil bahwa ivermectin tidak menunjukkan manfaat pada pengobatan Covid-19. Tidak berguna juga sebagai obat pencegahan atau pun mengurangi risiko perawatan di rumah sakit.
Memang ada hasil riset yang menyatakan obat ini bermanfaat sebagai terapi Covid-19. Namun setelah ditelaah, banyak kekurangan dari sisi metode penelitiannya.
Sebagai contoh adalah riset yang dilakukan Benha University di Mesir. Didapatkan banyak persoalan terkait kelaikan etik dan analisis data statistik yang dilakukan. Bahkan beberapa data terindikasi telah direkayasa.
Hal yang serupa juga terjadi pada riset di Argentina. Banyak data yang diperoleh di University of Buenos Aires yang ternyata tidak memenuhi kaidah persyaratan penelitian yang baik.
Di Jepang sedikit berbeda. Walaupun masih dalam fase uji klinis namun promosi ivermectin yang cukup deras mampu mengerek pangsa pasar. Klaim sebagai obat anti-Covid-19 belum disokong bukti-bukti yang sahih secara ilmiah.
Secara resmi negeri matahari terbit tersebut, belum merestui penggunaannya sebagai obat Covid-19.
Pro dan kontra dalam suatu riset adalah sesuatu yang jamak terjadi. Sesuai kaidah ilmiah, pengobatan suatu penyakit (Covid-19) hendaknya tetap mengikuti konsep evidence-based medicine (EBM). Dengan berbasiskan bukti-bukti ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan maka penggunaan suatu obat untuk suatu penyakit menjadi dapat dipercaya.
Di sisi lain, tidak jarang testimoni dari tokoh masyarakat tertentu dapat mengubah persepsi masyarakat. Tentu saja hal ini tanpa didukung data serta riset yang sahih. Testimoni menempati hierarki yang paling rendah dari suatu penelitian.
Obat memang bisa menimbulkan reaksi adversi yang tidak dikehendaki. Namun di tangan ahlinya bisa menjadi senjata ampuh yang menyembuhkan. Akankah fenomena ivermectin saat gelombang Delta berlangsung akan muncul kembali mengikuti gelombang Omicron?
Mari kita amati dan nantikan bersama. (*)
Penulis:
Ari Baskoro, Divisi Alergi-Imunologi Klinik Departemen/KSM Ilmu Penyakit Dalam FK Unair/RSUD Dr Soetomo Surabaya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: