Merapal Mantra yang Menyembuhkan

Merapal Mantra yang Menyembuhkan

Namanya Babur Rohman. Ia termasuk tetua desa. ”Ternyata Sandhor adalah tradisi Desa Klungkung sebagai tanda cinta kasih orang tua pada anaknya,” ungkapnya.

Berbeda dengan Sandhor di Madura, tradisi Sandhor di Klungkung ada mitos yang melatarbelakanginya. Berdasarkan penuturan Babur, dulu ada seorang ibu yang memiliki seorang anak sakit-sakitan.

Proses pembangunan rumah Pacenan yang didirikan oleh Alit Indonesia di Dusun Mujan, Desa Klungkung, Kecamatan Sukorambi, Jember. Menyesuaikan bentuk aslinya, sebagian besar bahannya menggunakan bambu.

Ibu itu berdoa pada Tuhan agar anaknya sembuh. Dalam doanya, ibu tersebut beroleh sasmita gaib. Bahwa dia harus melakukan puja bakti di sebuah petilasan leluhur desa.

Konon, petilasan itu merupakan tempat leluhur desa tersebut moksha atau menghilang. Berpindah alam menuju keabadian. Tak lama, ayah dari anak tersebut mendapat wejangan gaib dari mimpi tentang rapalmantra dalam bahasa yang tak diketahui.

Dari mimpi, sosok gaib yang menghampirinya hanya menyuruh untuk membacanya saja demi kesembuhan anaknya. Perintah itu dilaksanakan. SI ibu juga menuju jejak pondasi candi berupa batu andesit.

Hingga kini jejak tersebut masih ada di Klungkung. Tepatnya di sudut di Dusun Mujan. Nama Mujan mengandung arti memuja atau pemujaan. Di tempat itulah si ibu melakukan ritual puja leluhur.

Satu rumah Pacenan yang masih ada. Arsitekturnya mencerminkan paduan dari gaya Jawa-Tionghoa. Satu bagian yang paling kentara adalah pagar depan yang unik. Tampak tim Alit Indonesia foto di depan rumah bersama nenek pemilik rumah yang menguninya sendirian.

Ia berjanji bila anaknya sembuh, maka suaminya akan menari sambil merapal mantra yang didapatnya dari mimpi. Ternyata benar, anak mereka benar-benar sembuh dari sakitnya. Si ayah menepati sumpah istrinya dengan merapal mantra sambil mengitari petilasan tersebut.

Bahasa mantranya tak diketahui. Bukan bahasa Jawa, Madura, Indonesia atau Arab. Melainkan bahasa khusus yang diterima oleh seseorang dari sasmita gaib, dan orang tersebut harus mengingat serta membacanya sambil berkeliling mengitari petilasan.

Salah satu bacaan mantranya terdengar jelas. Berbunyi ”Sandhorelaaa”. Seperti ungkapan atau nyanyian untuk menidurkan anak kecil. Maka, tradisi itu disebut Sandhor. Dilakukan secara turun-temurun dalam lingkungan warga Klungkung.

”Menurut Mbah Babur, hanya orang tertentu saja yang mendapatkan sasmita gaib berupa mimpi untuk merapalkan mantra. Biasanya yang menerima adalah seorang laki-laki terpilih. Mbah Babur adalah orang terpilih yang menerima sasmita itu sejak lama,” ungkapnya.

Lantas, jika melakukan ritual Sandhor, Mbah Babur bertemu dengan warga untuk mewedarkan mantra yang diterimanya lewat mimpi. Warga yang turut serta wajib merapalkannya meski tak tahu maknanya.

Jika penerima mimpi telah meninggal, maka tinggal menunggu laki-laki terpilih untuk mengemban tugas sebagai pemimpin ritual Sandhor. Mbah Babur terpilih setelah penerima sebelumnya meninggal dunia. ”Jadi jika kelak Mbah Babur wafat tinggal menunggu siapa laki-laki selanjutnya yang menerimanya lewat mimpi,” ungkap pendiri Alit Indonesia pada 1998 itu.

Tata cara ritual Sandhor dilakukan dengan menari bersama, berputar sambil bergandengan tangan. Seperti yang terlihat setelah upacara Rokatan pembangunan rumah Pacenan. (Heti Palestina Yunani-Guruh Dimas)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: