VMP Optimal setelah Suntikan Kedua

VMP Optimal setelah Suntikan Kedua

DOSIS kedua Vaksin Merah Putih (VMP) disuntikkan kepada 30 partisipan kemarin (7/3). Tepat selisih sebulan dengan suntikan dosis pertama pada 8 Februari lalu. Kemudian, bagaimana efikasi vaksin buatan dalam negeri tersebut?

Tim peneliti utama VMP dr Gatot Soegiarto mengungkapkan bahwa perlindungan vaksin itu baru optimal terhitung 14–28 hari setelah suntikan kedua. Sebab, suntikan pertama baru terhitung sebagai pengenalan antigen virus ke sel-sel imun. Dengan demikian, mereka masih tak terlalu kebal terhadap serangan virus.

”Ada beberapa partisipan yang terinfeksi Covid-19. Tapi, rata-rata gejala ringan,” jelasnya saat dikonfirmasi kemarin. Itu disebabkan titer antibodi yang muncul masih rendah. Respons imun yang terpicu pada suntikan pertama merupakan respons primer.

Terutama antibodi jenis IgM yang afinitasnya terhadap virus belum terlalu kuat. Baru pada suntikan dosis kedua akan merangsang respons imun sekunder. Artinya, titer antibodi lebih tinggi. Terutama antibodi jenis IgG yang afinitasnya lebih kuat.

”Itu memang baru bekerja dua sampai empat minggu setelah suntikan kedua. Perlindungan yang diberikan lebih optimal,” ujar Gatot.

Para partisipan yang terinfeksi Covid-19 tetap mendapat suntikan dosis kedua. Sedangkan untuk suntikan dosis ketiga masih menunggu arahan dari BPOM. Apakah partisipan tetap di-booster VMP atau vaksin lain.

Para tim peneliti VMP melakukan perbandingan lebih dahulu. Yakni, antara titer hasil dua kali VMP, titer hasil dua kali VMP plus infeksi Covid-19 sebelum suntikan kedua, dan titer hasil infeksi Covid-19 alamiah tanpa vaksinasi.

Sementara itu, ahli virus Universitas Airlangga Chairul Anwar Nidom menyatakan, hingga kini belum ada vaksin yang bisa menghindari antibody dependent enhancement (ADE). Yakni, sebuah struktur protein dalam Covid-19. Dengan begitu, mutasi virus muncul karena menghadapi cekaman antibodi. Baik antibodi alamiah maupun yang dipicu vaksin.

”Akibatnya, selama ada antibodi dalam tubuh, virus itu masih berpeluang untuk mutasi,” ujar ilmuwan terbaik peringkat ke-20 se-Asia 2022 versi AD Scientific itu. Namun, imbuh Nidom, ada satu vaksin yang diprediksi mampu mengatasi hambatan tersebut. Vaksin itu dari suatu perusahaan luar negeri. (Mohamad Nur Khotib)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: