Rumah Tinggal Kalangan Atas
Banyak jejak arkeologis di Kota Malang ditemukan. Salah satunya adalah Situs Sekaran. Diperkirakan situs tersebut ada hubungannya dengan keberadaan Kadatwan Negara Kabalan pada masa lalu.
Wajar bila jejak arkeologis itu banyak sekali ditemukan di Malang. Sebab kota tersebut pernah menjadi istana dari kerajaan-kerajaan besar seperti Singhasari. Malang juga menjadi kawasan tempat tinggal penguasa negara bawahan Majapahit atau kadatwan.
Terakhir yang ditemukan adalah Situs Sekaran. Di tanah lapang, di Desa Sekarpuro, Kabupaten Malang, Jawa Timur, situs Sekaran membentang dalam ukuran 25x25 meter. Berupa sisa tinggalan batu bata kuno yang diprediksi sebagai bekas bangunan pada era Majapahit.
Situs tersebut ditemukan pada 2019 silam. Saat pengerjaan proyek tol Pandaan-Malang. Balai Arkeologi dan para sejarawan serta arkeolog telah banyak berdatangan ke situs tersebut. Di antaranya Dwi Cahyono, sejarawan Malang.
Ia mengidentifikasi jenis lantainya, berupa bubuk bata pada komponen arsitektur situs Sekaran. ”Saya memprediksi bahwa situs ini adalah jejak dari kadatwan era Majapahit. Tempat tinggal pejabat atau orang yang memiliki kedudukan tinggi,” ujarnya.
Salah satu struktur yang didapatkan berupa tatanan bata-bata merah yang sangat mungkin merupakan sisi depan dari sebuah bangunan rumah.
Aneka temuan gerabah, menandakan bangunan tersebut pernah dihuni oleh orang-orang dengan status ekonomi tinggi seperti bangsawan.
”Semacam teras rumah pada masa kini, yang menggunakan bubuk bata tebal, sekitar 8-10 cm, yang diperkeras sebagai pelapis atas, menjadi semacam ’lantai’. Sayang sekali tidak diperoleh gambaran tentang ukuran lapisan tersebut,” ujar sejarawan Universitas Negeri Malang itu.
Apakah lantai bagian dalam rumah tinggal? Bisa jadi, tetapi tidak pasti. Sebab, struktur bata di bagian belakang situs tersebut ditemukan dalam kondisi tidak utuh.
Dengan adanya lantai bubuk bata tersebut, Dwi menafsirkan bahwa pemilik bangunan Situs Sekaran bukan warga yang berasal dari kelas sosial rendah. ”Paling tidak dari kelas sosial menengah ke atas, yakni kaum bangsawan atau ksatria,” ungkapnya.
Hipotesis yang dikemukakannya itu menjadi lebih kuat jika temuan struktur gapura yang berada di depan situs, yang bila utuh, berbentuk padhuraksa. Dengan bahan pembanding arsitektur tradisional di Bali, rumah tinggal bergapura jenus padhuraksa adalah rumah tinggal berjenis puri. Lazimnya dihuni oleh orang berkasta ksatria atau orang berkasta Brahmana.
Hipotesis lainnya, hasil ekskavasi di Situs Sekaran menunjukkan bahwa bangunan tersebut merupakan complex building. Bukan single building dari warga kelas sosial menengah ke atas.
”Didukung oleh temuan penyerta berupa mata uang asing yakni koin Tiongkok dari Dinasti Song Utara, bertuliskan Huang Jong Tong Bao. Ada pula beberapa uang kuno yang berasal dari Dinasti Ming dan Han,” ungkapnya.
Jejak arkeologis lumpang yang ditemukan di areal situs. Biasanya digunakan sebagai upacara pada masa lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: