Komentar Komunitas Hobby Nonton tentang Film King Richard
Tak Cukup untuk Raih Oscars
SAYA pikir agak susah film ini memenangkan Best Picture Academy Awards. Masuk nominasi saja mungkin karena untuk memenuhi kuota keberagaman saja. Biopik seorang ayah yang berjuang keras untuk anaknya agar sukses memang inspiratif. Tapi rasanya tak cukup.
Bukan saya menilai negatif film ini. Bahkan sebenarnya saya merasa King Richard mendapat banyak sokongan kelayakan Oscar. Dari akting hingga tekhnis.
Will Smith bekerja dengan sangat keras untuk meraih setidaknya satu piala Oscar dalam hidupnya. Sedangkan aktor-aktor belia pemeran Venus dan Serena mampu membawakan perannya dengan sangat baik. Dan John Bernthal, seperti biasa, aktingnya tidak pernah berubah. Semenjak serial the Walking Dead sama saja.
Yang membuat kisah ini menjadi sekuat film Oscars, saya rasa, mungkin karena efek sinematografi Robert Elswit. Sinematografer Oscars dari filmnya Paul Thomas Anderson, There Will Be Blood (2007) ini, berhasil menyulap sebuah kisah sederhana menjadi ala American Dream. Karyaknya sukses menutupi kelemahan sutradara muda kulit hitam, Reinaldo Marcus Green.
Awik Latu Lisan,
Penikmat Film
Terlalu Klise
SAYA bukan tipe penggemar olahraga. Apalagi tenis. Kalau yoga atau catur jepang mungkin. Tapi yang terakhir bukan olahraga. Dan saya jarang yoga. Saya tidak terlalu suka menonton film biopik, karena terlalu aneh. Terlalu banyak kebohongan. Ah, apa ya istilah tepatnya? Oh, drama. Terlalu banyak drama. Saat Googling, selalu banyak perbedaan signifikan dari kisah aslinya.
King Richard hampir saja terasa boring, tapi cukup membuat saya terjaga dengan baik. Mungkin karena Will Smith, yang jauh dari kesan berotot dan tembak-tembakan. Wajarlah, ini film yang dibuat khusus untuk Academy Awards. Aktingnya harus kuat, dan dramanya harus menarik. Jadi begitulah Hollywood. Selalu klise.
Film memang bagian dari penopang sejarah modern. Kalau dulu yang berkuasa yang membuat sejarah, sekarang yang terkenal dan berduit yang bisa mengubah sejarah. Ah, sudahlah. Seharusnya saya beri nilai 6. Tapi karena dapat gratisan streaming dari HBO, poin tujuh sebagai ucapan terima kasih saya.
R. Wahyudi,
the Carpenter and Philosopher
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: