Bisnis Harus "Bertauhid"

Bisnis Harus

Ini tip berbisnis dari Founder Harian Disway Dahlan Iskan untuk pengusaha dari kalangan pesantren. Dalam berbisnis harus "bertauhid". Maksudnya, harus fokus dulu di satu bidang. Tidak boleh dicampur dengan urusan lain. apalagi politik.

"Dan kalau orang tidak bertauhid itu berarti musyrik. Orang musyrik masuk neraka. Dalam bisnis, nerakanya adalah bangkrut," ujar Dahlan Iskan dalam Sarasehan Pesantren se-Jawa dan Rakerwil Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren (Hebitren) Jawa Timur yang diadakan oleh Bank Indonesia Perwakilan Jawa Timur di Hotel Grand Dafam Signature, Surabaya, Kamis (24/3/2022).

Dahlan Iskan dan CEO Bimasakti Ibnu Sunanto.

Banyak kasus bisnis pesantren tidak berhasil karena yang mengurus bisnis juga mengurus hal lain. Termasuk terlibat dalam urusan politik, seperti menjadi tim sukses dalam Pilkada atau menjadi calon anggota legislatif.

Oleh karena itu, kata Dahlan, di pesantren seharusnya dipisahkan antara yang mengurus pesantren, mengurus bisnis, dan mengurus hal lain. "Yang mengurus bisnis sebaiknya fokus pada bisnisnya saja," kata menteri BUMN periode 2011-2014 itu.

Tapi bukankah Dahlan Iskan juga mengurus banyak bisnis? Menurut Dahlan, jangan melihat ia yang sekarang. Tapi lihatlah 10 tahun pertama ia memulai bisnis. "Kalau sekarang saya mengurus bisnis itu karena sudah tahapan "marifat" dalam berbisnis. Jadi harus dilalui tahapannya. Mulai dari syariat, tarekat, hakikat, baru marifat. Jangan buru-buru marifat," katanya. 

Dahlan Iskan dan Irawan, pengelola digital farming Al Ittifaq, Bandung. 

Dahlan sempat meminta beberapa peserta maju ke panggung. Salah satunya Ibnu Sunanto, CEO Bimasakti. Bimasakti menjalin kerja sama dengan Hebitren untuk membuat santri pay. Aplikasi ini akan digunakan oleh para santri, pengurus pesantren, dan alumni pesantren. "Perusahaan kami berdiri pada 2009. Pernah hampir bangkrut karena tidak "bertauhid"," kata Ibnu.

Ketua Umum Hebitren Hasib Wahab  Chasbullah mengatakan, Hebitren menargetkan 1.000 pesantren bergabung. Membentuk semacam holding bisnis untuk mengembangkan ekonomi umat. "Kami dibentuk pada 2019 melalui momentum sarasehan 110 pesantren. Ini tak lepas dari dukungan Bank Indonesia sejak Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) pertama," kata putra pendiri Nahdlatul Ulama Wahab Chasbullah itu.

Kepala Bank Indonesia Perwakilan Jatim Budi Hanoto menambahkan bahwa tantangan bisnis di pesantren semakin kompleks. Salah satunya harus beradaptasi dengan era digital dan teknologi. "Kami berupaya memfasilitasi pesantren dalam mengembangkan bisnisnya," kata Budi. (Tomy C. Gutomo)

 

Dahlan Iskan saat menjadi pembicara di acara Sarasehan Pesantren yang diadakan Bank Indonesia perwakilan Jawa Timur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: