Fashion Show dan Pameran Jadi Tugas Akhir Mahasiswa Prodi Fashion Design & Business Universitas Ciputra

Fashion Show dan Pameran Jadi Tugas Akhir Mahasiswa Prodi Fashion Design & Business Universitas Ciputra

PARA MAHASISWA Prodi Fashion Design & Business Universitas Ciputra berpose bersama setelah peragaan busana yang merupakan bagian dari pameran tugas akhir di Ciputra World Surabaya, Jumat malam lalu (10/6). -Universitas Ciputra untuk Harian Disway-

Prodi Fashion Design & Business, Fakultas Industri Kreatif, Universitas Ciputra, gelar pameran tugas akhir sepanjang akhir pekan lalu (10-12/6). Sebanyak 47 mahasiswa dan ratusan karya busana terlibat dalam pameran yang diselenggarakan di Ciputra World Surabaya tersebut.
 

PARA calon enterpreneur muda, mahasiswa Universitas Ciputra prodi Fashion Design & Business memadati ruang pameran di Lantai L, Ciputra World Surabaya.

Gerbang ruang pamer ditata dengan artistik. Beberapa mahasiswa menyambut pengunjung dengan senyum sembari mengatupkan tangan. ’’Selamat datang di pameran tugas akhir kami,’’ kata mereka setiap ada pengunjung yang datang.

Ratusan busana karya para mahasiswa dipajang dalam deretan booth. Penataannya elegan. Modelnya beragam. Mulai dari gaun pesta hingga pakaian anak-anak. Konsep yang diusung pun bermacam-macam. Sesuai visi mereka tentang koleksi tersebut.

Gaun rancangan Stephanie Valentia, misalnya, dibuat dengan tambahan limbah kain. ’’Konsep utamanya, saya ingin mengangkat limbah kain dan mengolahnya menjadi produk yang memiliki nilai jual,’’ ujar Stephanie.


STEPHANIE VALENTIA dan koleksi busana formal bernuansa batik karya dia. -Universitas Ciputra untuk Harian Disway-

Kain limbah yang digunakan Stephanie diambil dari kain bekas milik para penjahit di Surabaya. ’’Daripada dibuang. Saya ambil kain-kain itu, lalu saya olah. Hasilnya, jadi 10 gaun pesta,’’ ujar perempuan 21 tahun itu puas.

Untuk menyulap kain menjadi sepotong gaun, pembuatannya memakan waktu sekitar seminggu. Jadi, kalau 10 baju, maka prosesnya butuh waktu 10 minggu. ’’Persiapan untuk tugas akhir ini memang cukup lama. Belum lagi menulis skripsi tentang busana tersebut,’’ ungkap dia.

Sebagai calon entrepreneur, para mahasiswa wajib menjual karya tersebut. Harganya terserah. Tergantung berapa tinggi value yang ada di dalamnya. Faktor yang menyusun harga, antara lain, bahan, dan tingkat kesulitan pembuatan. Mereka dengan percaya diri memberi label harga mulai puluhan ribu hingga jutaan rupiah.

Presentasi juga menjadi bagian dari penilaian tugas akhir para mahasiswa. Soal ini, karya Lieshell Novella cukup menarik pengunjung. Sebab, dia mengangkat tema folklor Cindelaras, yang dimanifestasikan lewat model pakaian anak-anak.

’’Saya mengangkat tema cerita rakyat. Sehingga anak-anak, selain bisa mengenakan pakaian saya, juga dapat mengenal kisah-kisah tradisional dari Indonesia sendiri,’’ Lieshell menerangkan. Setiap ada pengunjung yang datang ke booth-nya, Lieshell selalu menceritakan terlebih dulu dongeng Cindelaras.


TERINSPIRASI cerita anak-anak, Lieshell Novella membuat koleksi baju anak bergambar pangeran dan ayam jago. -Universitas Ciputra untuk Harian Disway-

Cindelaras berkisah tentang seorang pangeran yang terbuang, serta ayam jantan yang tak terkalahkan. ’’Pangeran Cindelaras suatu ketika datang ke kerajaan ayahnya, meminta pengakuan. Ia juga menantang ayahnya untuk sabung ayam. Ternyata ayamnya menang,’’ tutur perempuan 21 tahun itu. Ketika menang duel, ayam milik Cindelaras berkokok menyebut namanya sebagai putra raja Jenggala. Sang Raja akhirnya mengakui Cindelaras sebagai putranya.

Lieshell memasukkan unsur-unsur ayam jantan pada baju-baju anak buatan dia. Dia menyelipkan motif bulu ayam pada kerah, rumbai-rumbai jengger ayam pada bagian dada, serta paduan warna biru gelap dan merah. Warna khas ayam jantan.

Busana Lieshell juga memanfaatkan kain perca bekas yang diolah menjadi ornamen pada baju. ’’Satu pakaian prosesnya lebih dari seminggu. Mulai dari memotong kertas, jahit, potong kain, semua saya lakukan sendiri,’’ terang dia. Tak hanya baju, Lieshell juga membuat tote bag bergambar tokoh Cindelaras dan ayam jantannya.

Janet Teowarang, dosen Prodi Fashion Design & Business menyebut bahwa pameran tersebut mengetengahkan dua hal. ’’Sisi kreativitas para mahasiswa dari segi desain, serta sisi bisnisnya. Dari cara mereka memasarkan dan merancang pameran ini,’’ jelas dia.

Maka dalam skripsi para mahasiswa, tak hanya terdapat rancangan dan deskripsi tentang desain. Namun juga strategi pemasaran, perencanaan biaya pembuatan produk, strategi penentuan harga, dan sebagainya.

’’Di Universitas Ciputra, kami tak hanya diajarkan menjadi desainer, tapi juga enterpreneur. Sejak semester satu sudah diajak belajar menjual produk,’’ jelas Lieshell.

Dalam pameran tersebut, mereka mencoba mengangkat kerajinan tangan dan wastra Indonesia. ’’Maka dapat dilihat, tak hanya busana saja, tapi mereka juga membuat bermacam aksesori khas Indonesia,’’ jelas Janet.

Untuk proyek ini, para mahasiswa sudah merancang pameran sejak tahun lalu. Menurut Janet, yang mengampu tugas akhir tersebut, mereka telah melalui tahapan pratugas akhir hingga pretugas akhir selama hampir setahun.  


SALAH SATU booth mahasiswa yang menampilkan koleksi busana pesta. -Universitas Ciputra untuk Harian Disway-

Venture Creator & Value Creator

Di samping menggelar pameran, tiap mahasiswa juga menjalani sidang skripsi di ruang sebelah kiri tempat pameran. Di situ, mereka bergiliran masuk untuk mempertahankan karya tulisnya. Mereka diuji oleh tiga orang dosen. Yakni Yoanita Kartika Sari Tahalele, Marini Yunita Tanzil, dan Olivia Gondoputranto.

Prodi Fashion Design & Business Universitas Ciputra membawa misi bahwa lulusan yang dihasilkan mampu menjadi venture creator serta value creator. ’’Artinya, kami harap mereka dapat menciptakan peluang usaha baru. Serta menggunakan pola pikir wirausaha di dalam lingkungan kerja mereka kelak,’’ jelas Yoanita.

Program studi tersebut membekali mahasiswa untuk mempelajari pengetahuan dasar tentang menggambar, teknik menjahit, desain, sejarah, tekstil, tren, CAD, dan aksesori.

’’Fokus kami adalah menanamkan pengetahuan fashion, serta menciptakan pola pikir entrepreneurial yang kreatif dan inovatif,’’ kata Yoanita. Maka, dalam prodi tersebut, mahasiswa diharapkan dapat membuat produk dan bisnis berkelas internasional. ’’Serta yang lebih penting, mengangkat budaya Indonesia di ranah global,’’ dia menambahkan. (*)

Sumber: