Imbas Lockdown Ketat Tiongkok, Warga Ramai-Ramai ke Luar Negeri
Petugas medis Beijing mengambil sample untuk pemeriksaan Covid-19, Rabu, 15 Juni 2022.-Jade GAO / AFP-
BEIJING, HARIAN DISWAY - Guo Shize, konsultan imigrasi yang bermarkas di BEIJING sedang banjir klien. Makin banyak warga Tiongkok yang ingin meninggalkan tempat tinggalnya sejak Maret. Bahkan permintaan di Shanghai naik tiga kali lipat. Semua gara-gara kebijakan lockdown yang kembali diterapkan di sana.
Kepada AFP, Guo Shize mengatakan bahwa angka konsultasi imigrasi masih naik hingga Juni. Meski tak sebanyak sebelumnya, bulan ini angka konsultasi masih lebih dari dua kali lipat dari biasanya.
Warga merasakan tekanan ekonomi akibat lockdown tersebut. Salah satunya adalah Alan Li (nama samaran) yang mengkhawatirkan masa depan keluarga, bisnis, dan pendidikan anaknya.
Pembatasan kegiatan selama lockdown membuat bisnisnya hancur. "Kami sudah menguras tabungan untuk membayar 400 pekerja kami (selama lockdown,Red). Bagaimana jika itu terjadi lagi musim dingin ini?" keluh Li.
Ia berencana pindah ke Hungaria sampai situasi di Tiongkok membaik. Di negara itu, anak-anaknya bisa mendapat pendidikan lebih baik. Tidak terhalang lockdown.
Salah seorang mahasiswa dari Universitas ternama di Beijing juga mengeluhkan hal yang sama. Ia kecewa karena peraturan di Beijing terlalu ketat. Tidak seperti negara lain yang mulai berdamai dengan Covid-19.
"Saya hanya ingin tinggal di negara di mana pemerintah tidak akan mencampuri kehidupan pribadi saya secara kasar," kata perempuan 20 tahun itu..
Menurut dia, pemerintah setempat terlalu mengontrol dan memantau semuanya kegiatan warganya. “Mungkin daripada menerima dan beradaptasi dengan sistem ini, kami harus pergi ke tempat lain dan menciptakan kehidupan baru," ucapnyi.
Pemerintah China belum menanggapi kabar itu. Namun data yang didapat AFP menyebut bahwa Pemerintah Tiongkok telah memperketat kebijakan imigrasinya. Pada paruh pertama tahun 2021, jumlah paspor yang diterbitkan hanya 2 persen dari periode yang sama sebelum pandemi di 2019.
Beijing kembali menjadi hotspot penularan Covid-19 sejak awal pekan ini. Pemerintah setempat menemukan adanya penularan besar-besaran di Heaver Supermarket Bar di Distrik Chaoyang. Dari tempat itu saja, ada 320 kasus Covid-19 baru yang ditemukan.
Ledakan kasus juga terjadi di Shanghai. Namun, Pemerintah Shanghai telah melaporkan bahwa situasi sudah mulai terkendali Shanghai menuju hidup normal lagi.
"Saat ini, risiko penyebaran lebih lanjut masih ada. Tugas paling mendesak saat ini adalah melacak sumber cluster dan juga mengelola dan mengendalikan risiko," kata juru bicara pemerintah kota Beijing, Xu Hejian seperti dikutip Channel News Asia (CNA). (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: