Politik Mebel
-Ilustrasi: Reza Alfian Maulana-Harian Disway-
KOCOK ulang alias reshuffle kabinet ditunggu dengan penuh antusias dan menimbulkan berbagai spekulasi. Kocok ulang diumumkan Rabu (15/6), nama-nama baru dimunculkan dan beberapa nama lama dilengserkan, dan yang terasa seperti antiklimaks. Tidak ada yang mengejutkan. Nama-nama yang muncul bisa disebut sebagai 4L, lu lagi lu lagi.
Zulkifli Hasan dan Hadi Tjahjanto sudah lama mengantre dengan sabar untuk mendapat jatah kabinet. Zulhas menunggu reward atas dukungannya terhadap kabinet Jokowi yang disebut tanpa syarat. Hadi Tjahjanto sabar menunggu giliran karena kesetiaannya yang panjang kepada Jokowi. Romansa politik Joko-Hadi itu berlangsung sejak keduanya masih sama-sama di Solo dan berlanjut sampai ke pentas nasional.
Hadi Tjahjanto sudah mendapatkan reward sebgai menteri agraria sesuai dengan amal kebaikannya kepada Jokowi. Menggeser Sofyan Djalil adalah manuver paling aman di antara pilihan yang ada yang bisa diambil Jokowi. Di antara sekian banyak menteri, Sofyan ialah pemegang rekor menteri terlama dalam kabinet. Sejak era SBY sampai dua periode pemerintahan Jokowi, nama Sofyan selalu rajin menongol di jajaran kabinet.
Menggusur Sofyan nyaris tidak memunculkan risiko politik apa pun bagi Jokowi. Apalagi, rapor Sofyan selama menjadi menteri relatif datar dan tidak ada yang menonjol. Memberikan jabatan menteri agraria kepada Hadi Thahjanto adalah pilihan yang aman karena tidak menjarah jatah partai.
Semula ada spekulasi bahwa Hadi akan menggeser Moeldoko sebagai kepala staf kepresidenan. Manuver politik Moeldoko selama drama rebutan Partai Demokrat membuat Jokowi tidak nyaman. Namun, menggeser Moeldoko dari posisinya akan membuat posisi Jokowi lebih tidak nyaman lagi. Karena itu, menggeser Sofyan Djalil jauh lebih aman dan nyaman ketimbang menggeser Moeldoko.
Zulkifli Hasan (Zulhas) sudah lama mengambil nomor antrean dan dengan sabar menunggu di depan pintu. Berbulan-bulan mengantre, akhirnya giliran ia sampai juga. Di bawah kepemimpinan Zulhas, Partai Amanat Nasional (PAN) bertransformasi menjadi partai yang paling setia kepada Jokowi. Bergabungnya PAN dalam koalisi dini bersama Golkar dan PPP (Partai Persatuan Pembangunan) pun kabarnya untuk menyiapkan sekoci untuk calon yang bakal direstui Jokowi.
Ketika memutuskan untuk bergabung dengan koalisi parpol pendukung Jokowi, PAN menyatakan bahwa dukungan itu tanpa syarat. Tentu pernyataan tersebut adalah retorika politik karena tidak akan ada makan siang yang gratis. Zulhas sudah menunjukkan kesetiaan yang tinggi kepada Jokowi. Hal itu dibuktikannya dengan menyingkirkan Amien Rais –mentor dan (bekas) besannya sendiri– dari PAN.
Semua orang tahu, PAN identik dengan Amien Rais. Menyingkirkan Amien Rais dari PAN simply unthinkable, ’tidak terbayangkan’, bagi kebanyakan politisi. Tapi, Zulhas berani mengambil risiko mendongkel Amien Rais at all cost, ’dengan risiko apa pun’. Meski Zulhas tidak mengirim tagihan ke istana, Jokowi tentu tahu diri dan menunggu saat yang tepat untuk memberikan reward sebagai hadiah kesetiaan.
Posisi sebagai menteri perdagangan yang diberikan kepada Zulhas agak di luar prediksi. Semula ada spekulasi Zulhas akan menggeser posisi Menko PMK Muhadjir Effendy yang menjadi representasi Muhammadiyah. Pergeseran itu tidak terlalu berisiko karena Zulhas adalah kader Muhammadiyah. Dan selama ini Zulhas sangat aktif merapat ke Muhammadiyah, baik di pusat maupun daerah-daerah, sebagai upaya untuk mempersempit ruang gerak Partai Ummat besutan Amien Rais yang juga membidik konstituen Muhammadiyah.
Krisis minyak goreng yang berkepanjangan memberikan alasan yang perfek bagi Jokowi untuk menggusur Muhammad Lutfi dari kursi menteri perdagangan. Menggeser Lutfi, tidak ada risiko politik yang berarti karena Lutfi tidak berafiliasi dengan partai politik. Jokowi justru bisa mendapatkan simpati publik karena selama ini Lutfi dianggap tidak kapabel dalam menangani krisis minyak goreng.
Justru Jokowi mengambil risiko dengan mengoper jabatan itu kepada Zulhas. Sebab, posisi tersebut bisa disebut sebagai kursi panas. Sebelum mengangkat Lutfi, posisi menteri perdagangan diduduki Agus Suparmanto, kader PKB (Partai Kebangkitan Bangsa). Ternyata Agus tidak bertahan lama dan menjadi korban reshuffle dengan digantikan Lutfi.
Banyak yang menduga kursi menteri perdagangan akan diisi profesional. Namun, Jokowi memilih langkah balik kucing dengan mengembalikan kursi itu kepada parpol pendukung. Dengan menunjuk Zulhas, utang politik Jokowi sudah terlunasi dan kesetiaan Zulhas kepada Jokowi sudah terbayar impas.
Zulhas dianggap sebagai pilihan terbaik karena berpengalaman di pemerintahan. Ia sangat berpengalaman sebagai anggota DPR dua periode dan pernah menjabat menteri kehutanan di era pemerintahan SBY. Kemudian, Zulhas bisa menjadi ketua MPR meski partainya bisa disebut sebagai minoritas.
Nama-nama lain yang muncul dalam reshuffle kali ini adalah nama-nama figuran yang memainkan peran penggembira. Ada Raja Juli Antoni dari PSI (Partai Solidaritas Indonesia) yang mendapat hadiah hiburan menjadi wakil Hadi Tjahjanto di Kementerian Agraria.
Gerindra mendapat jatah tambahan wakil menteri koperasi. Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, keponakan Prabowo Subianto, ditunjuk untuk menduduki posisi itu. Partai gurem seperti PBB (Partai Bulan Bintang) juga mendapat jatah wakil menteri.
Serial sinetron reshuffle kabinet berakhir happy ending, setidaknya bagi Jokowi dan pendukung-pendukungnya. Kocok ulang kabinet itu terlihat sebagai upaya Jokowi untuk memperkuat posisinya menjelang suksesi 2024. Secara keseluruhan, partai-partai pendukung bisa bernapas lega. Yang sudah kebagian jatah tidak dikurangi dan yang belum dapat jatah sudah kebagian.
Jokowi kembali menunjukkan kecerdikannya dalam memainkan bidak-bidak catur dan menempatkan orang-orang pilihannya di posisi masing-masing. Jokowi masih punya cukup stok kursi untuk menampung siapa saja yang belum kebagian. Ia masih punya cadangan beberapa kursi wakil menteri yang belum terisi.
Joko Widodo terbukti piawai memainkan politik mebel, dengan menciptakan banyak kursi dan membagi-bagikannya kepada para pendukungnya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: