Rakit Drone ’’Pasaran’’ Untuk Lumpuhkan Tank Rusia

Rakit Drone ’’Pasaran’’ Untuk Lumpuhkan Tank Rusia

Layar kendali di markas pasukan drone Ukraina.-Bud Wichers/Harian Disway-


Pemerintah Lituania membeli Bayaktar TB2 dari Turki untuk Ukraina-Baykartech-

Prajurit Ukraina tak kurang akal. Mereka merakit drone komersial yang dijual bebas di pasaran. “Di Indonesia juga banyak dijual,” kata jurnalis Belanda yang kini tinggal di Surabaya itu.

Ukraina memodifikasi drone pasaran tersebut dengan peledak yang bisa menghancurkan tank. Mereka memasang bom hingga granat tangan yang bisa dengan presisi menyerang kendaraan yang sedang berhenti.

Mereka juga memiliki drone kamikaze atau drone bunuh diri. Mayoritas didapatkan dari negara-negara barat. “Amerika juga mendonasikan banyak sekali drone untuk Ukraina,” lanjutnya.

Beberapa drone canggih lainnya juga memiliki roket yang dilengkapi sensor panas. Pelurunya bisa bermanuver mengejar kendaraan yang sedang bergerak. 

Karena itulah mereka melatih sebanyak mungkin pilot drone. Sejauh ini, cara itu berhasil merepotkan Rusia.

Ukraina juga melibatkan rakyat sipil juga ikut membantu militer. Dalam keadaan terdesak, siapa pun bisa berkontribusi untuk mempertahankan negaranya.  “Seorang remaja berusia 15 tahun kini jadi pahlawan Ukraina. Ia pilot drone yang sangat hebat,” kata Budi yang masih berada di perbatasan timur Ukraina itu.

Harian Disway mengirim sebuah artikel yang mengulas remaja itu. “Iya, benar itu orangnya,” lanjut Budi. 


Andrii Pokrasa, remaja 15 tahun yang jadi pahlawan Ukraina.-Globalnews-

Nama remaja itu: Andrii Pokrasa. Ia membantu prajurit Ukraina dalam memantau pergerakan pasukan Rusia, mengirim foto ke militer Ukraina dan menunjukkan koordinat lokasi artileri Rusia.

"Dia adalah pahlawan sejati, pahlawan Ukraina. Ia adalah satu-satunya yang berpengalaman dengan drone di area itu," kata Yurii Kasjanov, komandan di pasukan drone Ukraina seperti dikutip dari New York Post.

Pokrasa sebenarnya belum lama membeli drone. Namun ia bisa langsung mahir memainkannya. Bahkan sang ayah heran dengan kemahiran putranya itu.

Meski dianggap pahlawan oleh negaranya, Pokrasa tetap merasa sedih dengan apa yang telah ia lakukan. "Aku sangat bahagia, tapi ada orang di sana. Mereka memang penjajah, tapi tetap saja mereka manusia," kata remaja yang kini sudah diungsikan ke Polandia itu.

Budi sependapat dengan Pokrasa. Tak seharusnya ada yang gugur di medan perang. Namun, itulah realita dunia. Kekuasaan dibayar dengan pertumpahan darah. (*)

WhatsApp Tak Aktif. Budi Ternyata Bertemu Presiden Zelensky, baca besok…(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: