Tim Bamantara PENS Boyong Gelar dari Kompetisi Kedirgantaraan di AS
TIm Bamantara PENS ITS yang menjadi pemenang ketiga kompetisi Kedirgantaraan di AS-PENS ITS-
SURABAYA, HARIAN DISWAY - The American Astronautical Society Student CanSat Competition tuntas digelar di Blacksburg, Virginia, Amerika Serikat, pada 12 Juni lalu. Kompetisi peluncuran satelit di bidang kedirgantaraan (aerospace) itu mengorbitkan tiga negara pemenang. Dan Indonesia sukses meraih peringkat ketiga.
Indonesia diwakili oleh Tim Bamantara dari Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS). Sedangkan gelar juara berhasil direbut oleh Thailand. Dan di podium kedua berhasil direbut Polandia.
Tim Bamantara digawangi oleh 12 mahasiswa PENS. Cuma, yang diterbangkan ke Amerika Serikat hanya lima orang. Yakni Zulfikar Davbi Mahendra F, Muhammad Aghist Fitrony, Rafi' Jusar Wishnuwardana, I Made Nugi Edwika A, Piko Permata Ilham Prasetyo.
“Sisanya gak bisa ikut karena keterbatasan dana,” jelas pembina utama Tim Bamantara Nofria Hanafi. Namun, keterbatasan materi itu tak menghambat semangat mereka. Seluruh tim tetap bekerja dengan maksimal sepanjang kompetisi.
Tahap pertama preliminary kompetisi itu digelar September 2021 lalu. Yakni tahap perancangan payload atau muatan roket. Durasinya hanya dua bulan. Dipresentasikan pada Desember 2021.
Hasilnya pun bukan main. Tim Bamantara berhasil menempati peringkat dua terbaik. Mengungguli 40 tim dari 30 negara yang ikut berkompetisi.
Peringkat tersebut pun memudahkan tahap berikutnya. Tim Bamantara dipastikan lolos tahap critical design. Sehingga langsung diberi kesempatan terbang ke Amerika Serikat untuk presentasi.
Di sana langsung mengikuti uji peluncuran. Pertama, dinilai dari posisi kepala payload. Setelah keluar dari roket wajib menghadap ke arah tenggara. “Kami lulus tahap pertama itu dengan baik,” ungkap Hanafi yang memantau timnya secara virtual dari Indonesia.
Tahap kedua, payload harus mampu turun dengan kecepatan 2 meter per sekon. Itu juga lulus dengan baik. Mereka berhasil memenuhi poin 95 persen. Namun, harus puas naik ke podium tiga.
Mereka kalah dengan Thailand lantaran tidak menambahkan kamera dalam sistem. Yakni untuk memotret payload dari atas ke bawah. “Kalau desain dan rancangan payload-nya sama bagusnya dengan Thailand. Cuma tambahan item itu saja yang membedakan,” terang Hanafi.
Tim Bamantara PENS ITS diterima Dubes RI di Amerika Serikat Rosan Roeslani-PENS ITS-
Sementara dengan Polandia pun hanya selisih sedikit. Bahkan payload Polandia tak bisa keluar dari roket. Tapi, mereka mendapat poin 100 karena rancangannya sudah sempurna. “Punya kami juga sempurna, tapi pas melesat keluar dari roket, kesempurnaannya kalah oleh Thailand. Polandia unggul dari kami justru karena payload mereka gak keluar,” jelasnya.
Peringkat tiga itu tentu sangat membanggakan. Sudah cukup dijadikan progres dari tahun sebelumnya yang hanya di peringkat enam.
Hanafi pun siap mempertandingkan timnya di kompetisi tahun depan. Ia sudah menemukan formula yang tepat untuk menjaga tradisi juara. “Kuncinya regenerasi. Mahasiswa yang ikut tahun lalu, kami ikutkan lagi tahun ini. Harus ada yang berpengalaman dalam tim untuk mengajari yang junior,” katanya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: