Serba-serbi di Balik ’Pedasnya’ Harga Cabai : Manfaat dan Negatifnya pada Kesehatan

Serba-serbi di Balik ’Pedasnya’ Harga Cabai : Manfaat dan Negatifnya  pada Kesehatan

CABAI yang menjadi bahan makanan favorit orang Indonesia. Katanya, masyarakat Indonesia merupakan salah satu dari lima negara penggila pedas. Selain masyarakat Meksiko disebut-sebut sebagai negara dengan konsumen cabai tertinggi di dunia.-Boy Slamet-

Selain tentang ’pedasnya’ harga cabai, bahan makanan yang nyaris tak tergantikan ini banyak sekali manfaatnya. Terutama dari sisi kesehatan. Namun demikian, tidak sedikit orang yang justru menjauhi cabai, terkait gangguan kesehatan yang dialaminya.

Harga cabai yang meroket membuat masyarakat kebingungan. Masyarakat mengalihkan cita rasa pedas masakan kegemaran keluarga mereka. 

Setali tiga uang, pedagang kuliner ternyata tidak mudah menyiasati nikmat pedasnya masakan mereka tanpa kehadiran cabai.

Melambungnya harga cabai yang selalu berulang ini belum menemukan solusi. Padahal menurut data Food and Agriculture Organization (FAO) tahun 2018, Indonesia menduduki peringkat keempat sebagai produsen cabai tertinggi di dunia.

FAO adalah organisasi internasional yang dibentuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Tujuannya untuk menyelesaikan permasalahan pangan dan pertanian. Terlepas dari persoalan sulitnya pasokan dan stabilitas harga yang tidak menentu ini, mari melihat serba-serbi di balik harga cabai yang melambung.

Mengutip data suatu survei (Licorice), sebanyak 93,6 persen orang Indonesia menggemari masakan pedas. Hanya 6,4 persen yang tidak menyukainya. 

Pola menu pedas dan berbumbu kuat khas negara kita ini, rupanya tidak seirama dengan selera kebanyakan orang Eropa. Mereka pada umumnya relatif masih takut mencicipi pedasnya masakan lezat khas tanah air.

Menurut berbagai referensi, penduduk Indonesia merupakan salah satu dari lima negara penggila pedas. Masyarakat Meksiko disebut-sebut sebagai negara dengan konsumen cabai tertinggi di dunia. 

Bisa dikatakan, tanpa cabai, orang Meksiko tidak jadi makan. Hidangan buah segar pun tanpa disertai cabai, serasa tidak lengkap dan hambar. Sup yang berbahan dasar bubur jagung yang dikenal dengan nama pozole, merupakan makanan khas kegemaran rakyat Negeri Sombrero.

Komposisinya dilengkapi dengan campuran daging, bawang putih, kol, alpukat dan bumbu cabai. Rasa pedasnya masih terasa kurang lengkap tanpa disertai dengan sambal salsa.

Rakyat negara-negara lainnya yang gemar menikmati rasa pedas adalah India, Tiongkok, Korea Selatan, dan Indonesia. Mulai ujung timur hingga paling barat wilayah Nusantara, makanannya dikenal memiliki citarasa pedas.

Mi Aceh, rendang, ayam bakar taliwang dan  balado, ayam peda tempoyak, merupakan contoh makanan yang justru akan terasa lebih nikmat karena pedas. 

Masih banyak lagi makanan pedas semacam ayam betutu, rica-rica dan bubur pedas Sambas. 

Gado-gado, rujak, atau pecel tidak akan nikmat disantap tanpa rasa pedas. Termasuk bakso yang paling digemari kawula muda. Tanpa kuah pedas, terasa kurang nikmat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: