Jangan Takut Makan Kambing, Yang Bikin Hipertensi Adalah Garam

Jangan Takut Makan Kambing, Yang Bikin Hipertensi Adalah Garam

ILUSTRASI garam dapur sebagai salah satu bahan utama untuk membumbui masakan. Terlalu banyak konsumsi garam dalam keseharian dapat memicu hipertensi. -Lorena Martinez-Pexels

Oleh
Dr dr Robert Arjuna FEAS
dokter dan penulis ilmu kesehatan

SELAMA INI, ada beberapa jenis bahan makanan yang dituduh sebagai penyebab tekanan darah tinggi. Salah satunya, daging kambing. Ia kerap dihindari oleh penderita hipertensi. Wah, padahal, hari raya Idul Adha baru saja berlalu. Persediaan daging kambing masih banyak di freezer. Masa tidak boleh dimasak?

Sangat boleh. Karena, di antara daging yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia, daging kambing justru yang paling rendah kandungan lemaknya. Gizinya juga tinggi. Anggapan bahwa kambing memicu hipertensi itu tidak benar. Yang memicu dan menyebabkan darah tinggi adalah cara memasaknya. Salah satunya, terlalu banyak menggunakan garam.

Di lidah masyarakat kita, masakan yang dianggap enak itu adalah yang gurih banget. Masakan yang kurang garam tak akan terasa lezat. Sehingga, saat memasak apa pun, kita terdorong untuk menambahkan garam yang cukup banyak.

Sebenarnya, banyak yang sudah menyadari bahwa konsumsi garam terlalu tinggi menyebabkan hipertensi. Sehingga ada kalangan masyarakat yang berusaha mengurangi jumlah garam dalam masakan atau menghindari makanan asin demi menjaga kesehatan. Tapi benarkah konsumsi garam berpengaruh pada risiko kita mengidap hipertensi?

Pada sebagian orang, konsumsi sodium terlalu banyak akan menahan air di dalam darah. Sehiggga volume darah meningkat. Hal itu dapat menyebabkan output jantung meningkat sehingga memicu tekanan darah tinggi. Hal yang juga harus diingat, natrium atau sodium tidak hanya terdapat di garam atau makanan asin saja.


BURGER DAN KENTANG termasuk makanan dengan kandungan natrium sangat tinggi. Banyak menggunakan bahan olahan, garam, dan diolah dengan minyak panas yang berlimpah. -Engine Akyurt-Pexels

Tingkat Hipertensi Dunia

Dari riset tentang hipertensi menyatakan bahwa Indonesia memiliki penyakit tingkat hipertensi tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Masyarakat Indonesia merupakan salah satu negara yang mengkonsumsi garam tinggi. Dengan rata-rata 15 gram per hari. Sehingga cenderung menderita penyakit hipertensi.

Kita ketahui bahwa penyakit hipertensi adalah penyakit yang diderita oleh hampir setiap negara dan ini merupakan problem bagi pemerintah. Efek samping dari pada hipertensi bisa menyebabkan stroke, kebutaan, impotensi, hingga dan sudden death (kematian mendadak).

Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi telah membunuh 9,4 juta warga dunia setiap tahunnya. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang membesar. Pada 2025 mendatang, diproyeksikan sekitar 29 persen warga dunia terkena hipertensi.

Presentasi penderita hipertensi saat ini paling banyak terdapat di negara berkembang. Data Global Status Report on Noncommunicable Diseases 2010 dari WHO menyebutkan bahwa 40 persen negara berkembang memiliki penderita hipertensi. Sedangkan negara maju hanya 35 persen. Kawasan Afrika memegang posisi puncak penderita hipertensi sebanyak 46 persen. Sementara Amerika menempati posisi buncit dengan 35 persen.

Di kawasan Asia Tenggara, 36 persen orang dewasa menderita hipertensi. Untuk kawasan Asia, penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya. Hal itu menandakan bahwa satu dari tiga orang menderita tekanan darah tinggi.  Dr Khancit Limpakarnjanarat, perwakilan WHO untuk Indonesia berkata, pada 2011 WHO mencatat ada satu miliar orang yang terkena hipertensi.

Jika dibandingkan dengan Eropa, kira-kira angka penderita di sana seperti ini:
Kroasia: 37,5 persen
Ceko: 39,1 persen
Inggris: 33,1 persen
Finlandia: 51 persen
Perancis: 37,7 persen
Jerman: 55,3 persen
Italia: 37,7 persen
Polandia: 29 persen
Rumania: 36,6 persen
Spanyol: 45,1 persen
Swedia: 38,4 persen
Dan secara global 26,4 persen s/d 29,2 persen.


DAGING KAMBING dengan bumbu minimalis dan dipanggang dalam oven tergolong aman dikonsumsi. Kuncinya adalah tidak banyak menggunakan garam dan minyak. -Retna Christa-Harian Disway-

Hipertensi di Indonesia

Di negara kita, angka penderita hipertensi mencapai 32 persen pada 2008. Dengan kisaran usia di atas 25 tahun. Jumlah penderita pria mencapai 42,7 persen, sedangkan 39,2 persennya adalah perempuan. Untuk pria maupun wanita terjadi peningkatan jumlah penderita. Dari 18 persen menjadi 31 persen, dan 16 persen menjadi 29 persen.

Riset Kesehatan Dasar 2007 menyebutkan, provinsi dengan angka prevelansi paling tinggi ditempati Kepulauan Natuna dengan 53 persen. Jika dilihat dari konsumsi garam, memang tidak mengejutkan. Karena perbandingan konsumsi garam Indonesia dengan negara-negara Asia lain adalah seperti ini:

1. Indonesia: 15 gram/hari
2. Tiongkok: 12 gram/hari
3. Thailand: 10,8 gram/hari
4. Jepang:  >10 gram/hari
5. Singapura: 8,3 gram/hari
6. Malaysia: 6,4 gram/hari

Hubungan Kadar Garam Dengan Hipertensi

Salah satu pusat pengendalian tekanan darah terletak pada organ ginjal. Yang terdiri dari sebuah sistem pengendalian tekanan darah disebut RAS (Renin Angiotensis Sistem), yang merupakan tempat pengendalian homostatik terhadap volume cairan tubuh keseimbangan elektrolit, tekanan darah, dan fungsi neuronal dan endokrin, serta kardiovaskular.

Oleh sebab itu, RAS menjadi kunci utama untuk pengendalian tekanan darah. Salah satu obat yang paling bekerja pada sistem itu adalah dikenal dengan:
1. ACE inhibitor (Angiotensin Converting Enzym)
2. ARB (Angiotensin Receptorblocker), antara lain Blopress Plus, Co Diovan, Micardis Plus, Co Aprovel dan Olmetec Plus.
Bila kadar elektrolit Natrium (garam) tinggi, maka tidak bisa menghambat kerja sistem Angiotensin. Sehingga menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.

Studi itu dilakukan dengan melakukan investigasi pada kelompok Afrika-Amerika yang mempunyai tendensi konsumsi garam tinggi. Rata-rata dari mereka menderita tekanan darah tinggi.

Nah, Indonesia, yang merupakan salah satu negara dengan tingkat konsumsi garam tinggi, tentu saja masyaraaktnya cenderung menderita hipertensi. Karena itu, sangat dianjurkan untuk mengurangi penggunaan garam dalam masakan kita. Memang, kalau kurang asin jadi kurang sedap. Tapi, lebih baik sedikit hambar daripada sakit hipertensi, bukan?

Demikian sekilas info, semoga bermanfaat. Dan tidak perlu takut menyantap daging kambing lagi. Asal memasaknya benar, kambing tidak akan menyebabkan tekanan darah meningkat. Selamat Idul Adha! (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: