Puncak Haji Tuntas, Nyaris 15 Ribu Jamaah Indonesia Batuk Pilek

Puncak Haji Tuntas, Nyaris 15 Ribu Jamaah Indonesia Batuk Pilek

Jamaah haji yang dirawat oleh Tenaga Kesehatan Haji (TKH) di Mekkah.-Kemenkes-

MEKKAH, HARIAN DISWAY - Tuntas sudah puncak Ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Petugas Penyelenggara Ibadah haji (PPIH) Arab Saudi Bidang Kesehatan maupun Tenaga Kesehatan haji (TKH) kembali berpindah pos mengikuti pola pergerakan jemaah haji.

Kepala Pusat Kesehatan Haji dr. Budi Sylvana, MARS mengatakan, nakes harus menjaga kondisi kesehatan jemaah dari berbagai penyakit. Baik di tingkat kloter, sektor, maupun Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI). ''Fokus kita saat ini menjaga kondisi kesehatan jemaah setelah Armuzna,'' tegas dr. Budi.

Nakes tak boleh lengah meski puncak ibadah haji sudah berlalu. Untuk itu pihaknya memperkuat skrining kesehatan jemaah haji di tingkat kloter dengan tetap mempertahankan formasi 30 orang.

Selain itu pelayanan kesehatan di sektor dan KKHI dipertahankan seperti biasa sampai masa operasional haji selesai.

''Sehingga tidak menyebabkan penurunan kondisi kesehatan atau munculnya kekambuhan penyakit-penyakit yang sebelumnya sudah dimiliki jemaah sejak di indonesia,'' lanjutnya.

Tim juga menyiapkan tanazul atau kepulangan awal bagi jemaah yang sakit. Mereka bisa pulang setelah kondisinya layak terbang. ''Sampai saat ini kami juga masih menerima usulan tanazul dari kloter,'' ujar dr. Budi.

Hingga Selasa, 12 Juli 2022 tercatat sebanyak 14.962 jemaah haji mengalami batuk pilek. Penyakit hipertensi ada di posisi kedua dengan 12.720 kasus. Sementara posisi ketiga ditempati oleh penyakit saluran pernafasan sebanyak 6.785 kasus. Nyeri otot di posisi keempat dengan 5.272 kasus.

Khusus kepada jemaah haji gelombang pertama yang akan segera pulang ke indonesia diminta untuk tetap disiplin terhadap protokol kesehatan, mengingat pelaksanakan ibadah haji kali ini dilaksanakan dalam periode kesiapsiagaan terhadap COVID-19.

''Ingat masker tidak hanya melindungi kita dari COVID-19, melainkan juga dari potensi penularan penyakit lainnya,'' ujar dr. Budi. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: