Komunitas Peduli Kucing di Kota Malang (1): Atasi Overpopulasi Kucing dengan Sterilisasi

Komunitas Peduli Kucing di Kota Malang (1):  Atasi Overpopulasi Kucing dengan Sterilisasi

Kucing-kucing yang mengantre bersama para pemiliknya di markas Komunitas HAL Malang-Komunitas HAL Malang untuk Harian DIsway-

Apabila sedang berahi, bau kucing betina akan tercium oleh si jantan meski dalam radius 1 kilometer. Itulah yang membuat kucing jantan sering berkeliaran. Populasi kucing gampang membeludak. Karena memang intensitas berahi sangat tinggi.


Para relawan Komunitas HAL Malang yang menyetor kucing-kucing domestik untuk disterilisasi-Komunitas HAL Malang untuk Harian DIsway-

Dengan demikian, salah satu jalan untuk menekan populasi itu ialah sterilisasi. Betina yang sudah disterilisasi, hormon kawinnya akan berkurang. Aktivitasnya lebih banyak makan dan bermain saja.

Kucing jantan pun begitu. Yang semula garang bisa berubah menjadi kalem. Selain itu, sterilisasi terbukti bisa meningkatkan kesejahteraan kucing. Bisa merasa nyaman tanpa perlu kawin.

Apalagi bagi betina. Tidak akan bisa hamil lagi. Sehingga tidak akan merasakan sakitnya proses melahirkan. ”Karena betina yang sering melahirkan itu juga punya potensi tumor atau kanker. Kalau sudah disterilisasi, kan dia jauh dari risiko itu,” ungkap Nana.

Kucing bisa makin anteng. Tidak suka ngeluyur. Umurnya pun bisa panjang. Sebab, mereka terhindar dari risiko kecelakaan atau bertarung dengan hewan lain.

Tentu, Komunitas HAL Malang tak hanya bikin program sterilisasi. Tetapi, juga program rescue. Yakni, merawat kucing domestik yang cacat. Biasanya para anggotanya berburu di berbagai tempat.

Selain itu, ada program edukasi seputar dunia kucing. Misalnya, tur ke beberapa sekolah dasar. Mengedukasi anak-anak dalam menyikapi kucing domestik.

”Kalau itu sesuai permintaan dari sekolah. Sejauh ini kami sempat ke tiga sekolah,” ungkap Nana. Edukasi itu sifatnya cukup mendesak. Mengingat, imbuh Nana, banyak anak-anak yang salah persepsi dengan kucing.

Masih banyak orang tua yang mendidik anaknya supaya menghindari kucing. Menganggap kucing sebagai ancaman bagi anak mereka. Maka, tak jarang ditemukan anak-anak yang salah bersikap dengan kucing. ”Kalau sudah begitu, kan kasihan. Mereka menganggap kucing itu jahat karena bisa melukai. Nah, tugas kami meluruskan persepsi itu,” jelasnyi. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: