Komunitas Peduli Kucing di Kota Malang (1): Atasi Overpopulasi Kucing dengan Sterilisasi

Komunitas Peduli Kucing di Kota Malang (1):  Atasi Overpopulasi Kucing dengan Sterilisasi

Kucing-kucing yang mengantre bersama para pemiliknya di markas Komunitas HAL Malang-Komunitas HAL Malang untuk Harian DIsway-

MALANG, HARIAN DISWAY- Beberapa tahun belakangan, munculnya komunitas pencinta dan peduli kucing menjadi tren di berbagai daerah. Baik yang sifatnya sekadar karena kesenangan maupun kepedulian. Di antaranya, Komunitas Hopeless Animals Lovers (HAL) yang didirikan di Kota Malang pada 2017.

—----------

”KARENA ada yang cuma senang kucing, tapi tak sampai peduli,” ucap Koordinator HAL Kota Malang Anggraini Dwi Fitriana saat dihubungi Harian Disway, Kamis, 14 Juli 2022. 

Dengan kepedulian yang sama itulah, dia bersama para anggota Komunitas Cat Lovers Malang berkumpul. Kali pertama di kediamannyi di Jalan Saxophone, Lowokwaru, Kota Malang, pada akhir 2017.

Awalnya, ada usulan dari salah seorang anggota. Yakni, mendirikan sebuah shelter khusus kucing-kucing domestik liar. Rencananya untuk menampung dan merawat kucing yang kehilangan induk. 

Termasuk kucing yang sedang hamil, cacat, dan tidak diterima dengan baik di lingkungan. Usul tersebut diterima dengan baik oleh forum. Sebab, itu sesuai dengan spirit komunitas. 

Cuma, tidak diterapkan lantaran terlalu berat. Kapasitas para anggota tak memadai. Apalagi, shelter punya orientasi jangka panjang. Butuh tempat dan tentu orang-orang yang bisa dipekerjakan.

”Setidaknya harus mikir lima tahun ke depan. Harus mikir bagaimana gaji karyawan juga. Nah, kekuatan kita gak cukup,” kata ibu dua anak tersebut. Maka, gerakan komunitas itu pun disesuaikan. Yakni, dengan program-program yang lebih terjangkau.

Nana –sapaan akrab dari Anggraini Dwi Fitriana– langsung ditunjuk sebagai koordinator. Lalu didirikan komunitas baru: Hopeless Animal Lovers (HAL). Program-programnya pun disederhanakan.

Di antaranya, program sterilisasi hingga rescue kucing-kucing domestik yang berkeliaran. Baik di perkampungan maupun di pasar tradisional. Semua dijalankan dengan sumber daya sendiri.

Komunitas HAL Malang pun menggandeng dokter hewan. Sekaligus membuka donasi terbuka bagi para anggota maupun pihak luar. ”Alhamdulillah, ada beberapa dokter hewan yang mau diajak kerja sama. Bahkan, bersedia bikin program sterilisasi bersubsidi,” jelas Nana. 

Namun, ada persyaratan khusus. Yakni, program sterilisasi itu hanya untuk kucing domestik. Tidak untuk kucing ras impor. Tentu karena beberapa alasan.

Sebab, tujuan program tersebut ialah menekan populasi kucing domestik. Dengan disterilisasi, kucing betina tidak bisa hamil. Begitu juga dengan kucing jantan yang sudah dikebiri, tidak bisa menghamili si betina.

”Meski, keduanya masih punya berahi untuk bercumbu,” ungkapnyi. Kucing kawin secara hormonal saja. Siklusnya rutin setiap 2–3 bulan sekali.

Sumber: