Pabrik Ice Cream Keliling, Bertahan Tiga Generasi, Belajar Resep Langsung dari Italia
Rudi Juwono mempraktikkan pembuatan es krim Orlando.-Julian Romadhon-Harian Disway-
Orlando Ice Cream merupakan salah satu ice cream legendaris di Surabaya. Pabriknya sudah beroperasi di Jalan Kalisosok Lor sejak era 1970-an. Kini ada sekitar 21 gerobak yang masih berkeliling setiap hari.
PULUHAN gerobak es krim itu berjajar di samping tembok bangunan tua di Jalan Kalisosok Lor. Sebagian gerobak masih tradisional, belum digandeng dengan motor. Masih dioperasikan dengan kayuhan.
Tiba-tiba seorang lelaki nongol dari rumah produksi Orlando Ice Cream yang berada di seberang jalan. Sambil mendorong hand truck yang bermuatan dua kotak serupa loyang aluminium.
Si lelaki berompi biru itu pun menghampiri salah satu gerobak bermotor. Lalu dengan agak ngotot mengangkat kotak itu satu per satu. Terlihat berat sekali. Ia menatanya di pinggiran kotak es krim di gerobak.
“Kotak ini untuk pendingin es krimnya. Bisa tahan 12 jam,” jelas lelaki yang bernama Nur Khoiri itu. Ia lalu kembali masuk ke rumah di seberang jalan itu sambil mendorong hand truck. Kami pun membuntutinya.
Ternyata, Khoiri masuk ke ruang penyimpanan yang dingin. Ruang itu berada di bagian belakang rumah. Banyak loyang pendingin dan kotak es krim yang tertata di sana.
Khoiri masuk ke ruang itu dan mengangkut satu kotak berisi es krim. Meletakkan di hand truck dan mendorongnya sampai ke ruang depan. Sudah ada Rudi Yuwono, si pemilik Orlando Ice Cream, menunggu di ruang depan.
Khoiri mengangkat kotak berisi es krim itu ke timbangan digital. Angkanya menunjukkan 13,56 kilogram. Rudi yang sedang duduk di kursi kerjanya langsung mencatat angka itu dalam buku.
Sementara Khoiri lanjut mendorong hand truck ke luar. Meletakkan kotak es krim ke dalam gerobaknya. Lantas siap berkeliling menjualnya di kawasan Jemur Andayani.
Rutinitas itu dilakoninya sudah 15 tahun. Khoiri perantau asal Jombang. Ia pun mengajak dua saudaranya bekerja di tempat yang sama.
“Jadi mereka tinggalnya di sini. Satu atau dua minggu sekali pulang ke kampung,” jelas Rudi yang menerima Harian Disway di meja kerjanya, Selasa, 26 Juli 2022. Kini ia punya sekitar 21 karyawan. Semuanya diberi tanggung jawab menjajakan es krim dengan berkeliling setiap hari.
Orlando Ice Cream pernah mengalami masa jaya di era 1990. Saat itu ada sekitar 100 gerobak yang dioperasikan. Namun, lambat laun berkurang lantaran kalah bersaing dengan produk es krim raksasa.
Meski demikian, Rudi tetap bersyukur. Sebab, produk es krimnya bertahan hingga sekarang. “Sudah tiga generasi. Dulu nenek saya, terus ayah dan ibu, baru turun ke saya,” ungkap lelaki 56 tahun itu.
Namun, generasi pertama masih belum memproduksi es krim. Masih es kuno seperti es lilin dan sejenisnya. Baru jelang awal 1980, generasi kedua mulai berinovasi.
“Ada sales mesin es krim yang menawarkan mesin ke ibu saya,” terang Rudi. Awalnya, ibunya menolak karena es krim belum populer di era itu. Takut tidak laku.
Rupanya, rasa takut itu kalah dengan rasa penasaran. Sebab, si sales mesin tadi memberi tawaran yang menggiurkan. Setiap pembeli mesin akan dikirim ke Italia untuk belajar memproduksi es krim. Tentu dengan biaya sendiri.
Hanya empat orang dari Indonesia yang terbang ke sana. Mereka belajar selama satu minggu. Kemudian pulang ke Indonesia dan memproduksi es krim sendiri.
Begitu percobaan pertama, es krim berhasil dibuat. Sayangnya, tidak ada pembeli. Orang-orang sekitar merasa aneh dengan barang baru itu.
“Katanya terlalu kental dan pekat. Ya sudah, sama ibu dicampur dengan santan biar cocok dengan lidah orang sini,” terang Rudi. Alhasil, penjualannya justru meningkat dalam waktu singkat. Hanya dalam dua tahun, Orlando Ice Cream bisa memiliki ratusan gerobak keliling.
Gerobak legendaris es krim Orlando yang sudah bertahan selama tiga generasi.-Julian Romadhon-Harian Disway-
Rudi menunjukkan kami mesin bersejarah bagi perusahaannya itu. Letaknya di ruang produksi. Berjajar dengan mesin pengaduk adonan dan mesin pendingin adonan.
Tentu ada resep khusus yang diterapkan. Sehingga Orlando Ice Cream bisa punya pangsa pasar sendiri. Salah satunya, dengan mempertahankan kualitas bahan-bahan dasar. Selain itu juga memperbaiki servis ke pelanggan.
“Kalau sekarang ya sudah gak ada santannya. Murni susu semua. Plus perasa,” ujar lelaki lulusan manajemen di Pasadena City College, Amerika Serikat, itu. Rudi sendiri mulai menjadi kepala perusahaan es krim keluarga itu pada awal 1990. Yakni setelah pulang dari Negeri Paman Sam.
Ia pun optimistis Orlandi Ice Cream bakal terus bertahan. Inovasi yang dilakukan juga tiada henti. Seperti misalnya melayani pesanan khusus kue tart dari es krim. Atau melayani pesanan es krim untuk segala jenis pesta. “Kami ada di kelasnya sendiri. Nggak ganggu siapa pun. Jadi yakin saja,” ungkapnya. (Mohamad Nur Khotib)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: