Ketika Sebagian Mahasiswa dan Dosen Terlanjur Nyaman Kuliah Online
Baginyi, kuliah online sudah menjadi zona nyaman yang tak ingin ditinggalkan. Namun di awal semester ganjil ini, semua mahasiswa harus kembali ke kampus. Harus datang langsung di kelas. Mereka yang dari luar kota, tak bisa belajar dari daerah masing-masing.
Baginyi, memikirkan hal itu saja sudah melelahkan apalagi harus dijalankan setiap hari. Setiap harinya harus menata rencana untuk bangun dan berangkat ke kampus. Padahal selama dua tahun, kuliah bisa dilakukan menatap monitor tanpa harus mandi dan menata diri. Belum lagi harus memperkirakan waktu perjalanan dari rumah ke kampus agar tidak telat.
Perlu waktu untuk adaptasi lagi dalam menghadapi kuliah offline. Kuliah offline sangat menguras energi. "Tapi lumayan menguras tenaga, pikiran, dan mental untuk adaptasi" ujar mahasiswa asal Semarang itu.
Tapi mau tidak mau, perkuliahan harus dilakukan secara offline seperti semula. Untuk meningkatkan kualitas mahasiswa dan etika mahasiswa yang mulai menurun ketika kuliah online.
Sebab, banyak mahasiswa yang menyepelekan kuliah online. Masih banyak yang hanya masuk dan mematikan video Zoom ketika kelas. Istilahnya seperti hanya datang dan setor nama saja. Kelas menjadi tidak interaktif dan efektif. Dia mengakui fakta itu.
Tak hanya itu, terkadang ada mahasiswa yang benar-benar tidak memperhatikan kelas. Ada yang sedang makan. Bahkan ada yang ditinggal tidur. Dan ketika dipanggil tak menyahut sama sekali.
Pembelajaran daring selama pandemi mengajarkan kita: Yang malas bisa semakin malas. Yang rajin bisa kuliah sambil nyambi ini dan itu. Anda golongan yang mana?
(*)
Putra Pradana Kusuma Hartas
Mahasiswa Antropologi Unair angkatan 2020
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: harian disway