Tembakau Klaten, Cerutu Panen

Tembakau Klaten, Cerutu Panen

-Ilustrasi: Reza Alfian Maulana-Harian Disway-

SAYA baru tahu kalau Klaten dulu menjadi produsen tembakau cerutu. Ya, Klaten. Bukan Jember seperti yang kita kenal selama ini. Berarti, materi buku bahwa Jember kota tembakau itu salah?

Nanti dulu.

Itu cerita yang berkembang di lingkungan para petani tembakau Klaten. Kenyataannya masih harus ditelusuri dalam sejarah. Yang pasti, kebun tembakau Sukowono di Jember tercatat berdiri pada 1850. Nah, mana lebih dulu: Klaten atau Jember?

Konon, tembakau Klaten dibawa pemerintah kolonial melalui tanam paksa. Tinggalan perkebunan tembakau termasuk yang kini dikelola PTPN X. Yang tahun ini punya tekad baru: mengembalikan sentra tembakau cerutu di Klaten.

Saya ikut hadir dalam panen perdana tanaman tembakau bawah naungan (TBN) Kebun Ketandan, Klaten, 1 Muharam 1444 H, Sabtu lalu. Bersama Direktur PTPN X Tuhu Bangun dan bupati Klaten yang diwakili Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan Ir Widiyanti.

PTPN yang selama ini mengekspor tembakau cerutu ke Swiss dari kebun di Jember itu memang sedang mengembangkan kembali tembakau di Klaten. Setelah sekian tahun berhenti karena pasar tembakau yang di Klaten menurun permintaannya. Saat menanam tembakau jenis voosterland.

Tahun ini ada 15 hektare lahan yang ditanam jenis tembakau Besuki varietas H-382. Lewat model TBN. Inilah jenis tembakau bahan baku cerutu yang sedang menjadi kebutuhan dunia. Karena rasanya terbaik dan mampu  mengalahkan tembakau asal Kuba.

Di Jember, PTPN X kini telah menanam tembakau di lahan 650 hektare. Semuanya untuk memenuhi kebutuhan perusahaan cerutu asal Swiss: Burger Sohne Ag Burg (BSB). Perusahaan itulah yang menjadi off taker alias penjamin hasil komoditas tembakau untuk diekspor.

”Kami terus ada permintaan baru di luar BSB. Mereka pabrik cerutu dari Amerika Serikat. Karena itu, jika tembakau cerutu Klaten ini terserap pasar, kami akan terus kembangkan luasan lahan tanamnya,” kata General Manager Tanaman Tembakau PTPN X Dwi Aprelia Sandi.

Apalagi, tembakau cerutu di Indonesia kini menjadi incaran. Karena mempunyai kualitas kelas wahid. Khususnya dalam hal cita rasa. Bahkan, dalam hal cita rasa telah mengalahkan Kuba sebagai penghasil tembakau cerutu terbesar di dunia.

Tekad Sandi diamini Tuhu Bangun. Pria asal Jambi yang gemar menggunakan motor trail itu ingin Klaten kembali menjadi sentra produk tembakau cerutu. ”Tembakau Klaten rebound,” janjinya dengan penuh semangat.

Sebetulnya, tembakau cerutu juga telah dikembangkan petani di sini. Artinya, rakyat juga telah menanam tembakau cerutu. Juga berorientasi ekspor. Mereka menyebut telah mengembangkan tembakau Grompol Jatim.

Bupati Klaten punya tekad yang sama. Ia ingin mendukung pengembangan tembakau bawah naungan. Tembakau yang ditanam dalam naungan waring sehingga lebih terkontrol dan bisa mengendalikan serangan hama.

Waring alias pelindung yang terbuat dari anyaman plastik juga menjadi salah satu produk anak perusahaan PTPN X. Pabriknya ada di Jepara. PT Dasaplas Nusantara namanya. Karena harus menggunakan pelindung itu, biaya per hektare menjadi mahal. Yakni, Rp 300 juta hingga Rp 400 juta.

Bupati berharap agar TBN menjadi produk unggulan Klaten. Karena itu, ia berterima kasih kepada PTPN X yang kembali menanam tembakau di daerahnya. Ia juga bertekad menggalakkan petani tembakau di daerahnya untuk meningkatkan kualitasnya.

Widiati yang alumnus Fakultas Teknologi Pertanian UGM itu mengenang masa kecilnyi. Ia ingat sewaktu anak-anak banyak TBN di desanyi. Juga, banyak gudang pengering tembakau yang dikenal dengan sebutan los tembakau di kampung halamannyi.

Bagi dia, bangkitnya kembali tembakau di Klaten seperti mengembalikan kenangan masa kecil. Ketika los tembakau dan tanaman tembakau menjadi bagian dari kehidupannyi di kampung. Karena itu, ia sangat berharap agar tembakau PTPN itu berkembang dari tahun ke tahun.

Lantas, bagaimana dengan keinginan bupati Klaten untuk mengembangkan tembakau rakyat? Ia mengajukan konsep gotong royong untuk itu. Saling bekerja sama antara semua stakeholder pertanian untuk menjadikan tembakau Klaten sebagai unggulan.

Dalam hal ini, BUMN perkebunan yang telah memiliki jaringan pasar di luar negeri bisa menjadi off taker tembakau rakyat. Sekaligus menjadi pembina dan pendamping petani dalam memenuhi kualitas tembakau seperti yang menjadi permintaan pasar global. Mulai bibit, pemupukan, sampai pemeliharaan.

Setidaknya BUMN seperti PTPN X bisa menjadi off taker bagi tembakau rakyat di Klaten dan sekitarnya. Selain menjadi produsen tembakau yang selama ini telah ditekuninya. ”Kami ingin tembaku cerutu menjadi bisnis unggulan baru selain tebu,” tambah Tuhu Bangun.

Jika itu bisa dilakukan, akan mendorong pembangunan pertanian di negeri kita ke dalam arah yang pasti. Bagaimana memenuhi kedaulatan pangan melalui swasembada dan pengembangan komoditas ekspor untuk mendongkrak devisa. Tembakau cerutu adalah menjadi bagian yang kedua.

Ada banyak komoditas yang selama ini menjadi kebutuhan dunia. Dari rempah-rempah sampai tanaman tropis lainnya. Komoditas itulah yang membuat negara-negara Eropa menjajah negeri ini sampai puluhan tahun. Bahkan, warisan kolonialnya masih hidup hingga sekarang.

Sayang, kita masih suka maju mundur untuk mengembangkan potensi pertanian kita. Bahkan, sering terabaikan. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: