Cheng Yu Pilihan Pemilik Beejay Bakau Resort Benjamin Mangitung: Chun Wang Chi Han
Cheng Yu Benjamin Mangitung--
BENJAMIN Mangitung yakin manusia adalah makhluk sosial. "No man is an island," katanya, mengutip puisi penyair sekaligus rohaniawan Inggris John Donne (1572-1631). Yang terjemahan bebasnya: Tak ada seorangpun mampu hidup sendirian. Yang bisa melakukan segalanya tanpa keterlibatan siapa-siapa. Anak membutuhkan orang tua untuk dilahirkan dan dibesarkan. Orang tua memerlukan anak untuk merawat saat lanjut usia. Atasan membutuhkan bawahan untuk bekerja. Bawahan memerlukan atasan untuk mendapat penghidupan. Dan seterusnya.
Intinya, kini zamannya kolaborasi, bukan konfrontasi. Sebagaimana dibilang pepatah Tiongkok, “唇亡齿寒” (chún wáng chǐ hán): kalau tidak ada bibir, gigi akan kedinginan. Dalam artian, antara orang yang satu dengan yang lain, berada dalam hubungan saling ketergantungan, interdependensi.
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Owner Sidomuncul Irwan Hidayat: Yin Shui Si Yuan
Kesuksesan Benjamin pun begitu: didapat dari ”campur tangan” orang-orang. ”Waktu saya memulai bisnis hasil laut, terutama ikan, saya banyak mendapat uluran tangan dari teman-teman saya,” ujar Benjamin. Misalnya, ia dikasih gratis pemakaian ruang proses untuk mengolah ikan menjadi fillet. Yang kemudian membuatnya bisa mengekspor produk ke luar negeri –utamanya ke Australia dengan brand Wild Reef. Sementara di dalam negeri, ia olah menjadi siomai, gyoza, bakso, dan lain-lain.
Sebelum menjadi pengusaha, Benjamin kuliah di Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. “Selama ngampus dari tahun 1975 sampai 1980, saya dibantu dua kakak perempuan saya. Tanpa keikhlasan mereka, saya tidak mungkin lulus dan menjadi seperti sekarang,” kenang Benjamin yang kelahiran Makassar, 1956.
Sejak 2012, Benjamin mengembangkan objek piknik baru di Kota Probolinggo. Namanya Beejay Bakau Resort –atau yang lebih dikenal sebagai BJBR oleh masyarakat sekitar. Letaknya di Pelabuhan Perikanan Pantai Mayangan, Mangunharjo, Probolinggo. Luasnya sekitar 36 hektare.
Ide mengembangkan BJBR berawal dari keprihatinan Benjamin melihat hutan bakau Kota Probolinggo yang tidak hanya dihuni ragam ikan, tetapi juga tumpukan sampah. Bersama Justinus Tan, kawannya, Benjamin kemudian menyulap kawasan tersebut menjadi destinasi ekowisata berkelas dengan bungalow elegan di sekitarnya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: