Kubisme dan Deformasi Figur, Gaya Lukisan Misgeiyanto yang Bergerak Menuju Optic Art
Misgeiyanto dengan satu lukisannya bergaya kubisme. Menurutnya yang sulit adalah soal komposisi. Tapi dia sedang mempertahankan gaya itu sebelum mungkin berubah dalam gaya yang lain.--
Ia melukis model itu dengan gaya realisme. Namun bila tampilan lukisannya hanya bergenre realisme, Misgeiyanto belum menemukan karakter. ”Figur perempuannya tanpa pakaian. Pak Setyoko menyuruh saya mengolah figur agar tak vulgar. Maka saya cari cara. Kemudian visual figur itu saya pecah-pecah dalam garis,” terangnya.
Garis demi garis, terhubung menjadi sebuah bidang datar. Ia menyusunnya terus sehingga tercipta berbagai bidang dalam karyanya.Ketika itu, sosok figur ditorehkan sebagai center of interest. Dengan warna yang cenderung realis.
Sedangkan bidang-bidang datar sebagai latarnya dibuat sebagai penunjang estetika saja. Saat itulah Misgeiyanto mulai menemukan karakter lukisannya dalam genre kubisme.
Seiring waktu, Misgeiyanto mulai bereksplorasi. Ia tak lagi menguatkan satu objek atau figur sebagai center of interest. Namun menyamarkannya dalam paduan garis dan bidang. Perlu melihat dengan seksama untuk menerka objek apa yang ada dalam karyanya.
Lukisannya hampir mendekati gaya optic art ala almarhum pelukis Dwijo Sukatmo. Seperti dalam lukisan berseri tentang musisi dan aktivitasnya bersama alat musik masing-masing.
Seperti The Musician yang jika diperhatikan dengan detail, memuat figur perempuan sedang bermain saxophone. Kemudian The Singer dengan laki-laki bertopi dan sedang memegang mic, serta The Musician 2, seorang musisi perempuan dengan biola.
Jika optic art mengutamakan impresi gerak dari warna, hingga memunculkan objek tersembunyi, karya Misgeiyanto hampir mendekati kecenderungan itu. Namun dalam objek atau figur yang ada dalam serial musik itu, masih terlihat jelas dalam permainan bidang dan warna.
Dalam karya Biksang yang dipajang dalam pameran Merah Putih di Galeri Merah Putih Surabaya, lukisan Misgeiyanto itu mencitrakan perempuan yang samar. Figur dan anatominya terdeformasi dalam susunan bidang-bidang datar.
Permainan warna yang cukup memperhitungkan komposisi, mengesankan bahwa Misgeiyanto benar-benar berupaya menuju optic art. Perlu pemahaman lebih lama untuk mengetahui figur perempuan itu.
Ini berbeda dengan karya-karya sebelumnya. ”Ke depan banyak kemungkinan. Tapi karakter lukisan kali ini akan saya pertahankan,” ungkapnya.
Untuk melukis dengan gaya kubisme, Misgeiyanto mengawalinya dengan membuat sketsa figur. Setelah usai, ia membuat garis-garis yang membentuk bidang-bidang datar.
Kesulitan dalam membuat seni kubisme adalah soal komposisi. Satu bidang datar apabila bentuknya kurang sesuai, atau tak seturut dengan bidang lainnya, akan mengacaukan komposisi karya. Begitu pula masalah pewarnaan.
Tiap bidang datar dalam karya Misgeiyanto tak dibedakan dengan membuat garis kontur tajam. Melainkan samar. Sehingga antar bidang tampak menyatu, membentuk suatu citraan tertentu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: