Mijn Roots Mencari Orang Tua Kandung: Terbawa Lagu: This Must be the Place (3)

Mijn Roots Mencari Orang Tua Kandung: Terbawa Lagu: This Must be the Place (3)

Bob Schellens melihat dinding samping Hotel Chandra yang sudah rusak termakan zaman.-Salman Muhiddin/Harian Disway-


--

Bob Schellens menemukan rumah tinggal ibunya di Jalan Kapas Krampung Nomor 98 Surabaya. Sang ibu, Herlina Zainuddin tak ada di sana. Gedung yang ia datangi adalah Hotel Chandra. Kata penduduk sekitar, hotel kecil itu sudah tutup sejak era Presiden Soeharto.

Bob merenung ketika menginjakkan kakinya di teras hotel mangkrak itu. Tak satupun kata keluar dari mulutnya. Ia menyentuh pintu, jendela dan dinding hotel yang penuh debu. Pada dinding di atas atap hotel, masih tersisa jejak samar-samar: Hotel Chandra.

Cat tulisan sudah sangat memudar, namun masih bisa dibaca. Ada nomor telepon terpampang di bagian depan. Rupanya, pemilik gedung ingin menjualnya.


Hotel Chandra dilihat dari seberang jalan Kapas Krampung, 5 Agustus 2022.-Salman Muhiddin/Harian Disway-

Jika merujuk dokumen lahir yang dikeluarkan RSUD dr Soetomo dan surat pengakuan anak di notaris, inilah alamat yang tepat. Namun, temuan itu membuka tabir teka-teki yang lebih besar : Mengapa sang ibu menuliskan alamat hotel dalam dokumen itu?

Apakah alamat itu asli? Banyak anak adopsi yang dibawa ke Belanda mendapati pemalsuan dokumen lahir, notaris hingga paspor.

Maklum, mayoritas adopsi ke Belanda atau Eropa pada 1973-1983 dilakukan secara ilegal. Bahkan banyak kasus penculikan mengiringinya. Hingga akhirnya Presiden Soeharto menghentikan semua praktik adopsi ke luar negeri pada 30 September 1983.

Ada juga kemungkinan bahwa sang ibu memang pernah tinggal di hotel itu saat sedang mengandung hingga melahirkan. Dalam akta pengakuan anak di Notaris Alfian Yahya disebutkan bahwa Henrico-nama asli Bob- dilahirkan di luar hubungan pernikahan. Bisa jadi inilah alasan sang ibu kadung tak menuliskan alamat asli. Ia tinggal di hotel hingga sang buah hati dilahirkan.

Teras hotel itu dipenuhi dengan spons dan kulit jok sepeda motor. Barang dagangan itu ditinggal pemiliknya saat Bob berkunjung 5 Agustus lalu. 

Tiba-tiba dari arah samping sang pemilik lapak menyapa. “Cari apa mas?” tanya pria berlogat Madura itu. Bob hanya tersenyum. Ia belum bisa berbahasa Indonesia.


Wartawan magang DIP Luluk Farida mewawancari pedagang jok motor di teras Hotel Chandra-Miftahul Rozaq/Harian Disway-

Kami menerangkan bahwa Bob datang dari Belanda dan mencari orang tua kandung di Surabaya. Pria yang tak mau menyebutkan namanya itu tak punya banyak informasi. Ia baru setahun membuka usaha di sana.

“Yang punya gedung, rumahnya di dekat sini,” ujar pria itu sambil menunjuk ke arah timur. Datang pria lain dari tempat cukur rambut di gedung sebelah. Sepertinya ia juga dari  Madura. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: