Malam Sastra Perlima Ramaikan Pameran Arek Limo

Malam Sastra Perlima Ramaikan Pameran Arek Limo

Para pengisi acara dan panitia yang kompak tampil dalam busana berbau merah putih pada Malam Sastra Perlima. --

 

 

Dunia seni di Sidoarjo semakin bergairah. Semua bidang berkolaborasi seperti yang digelar komunitas Perempuan Penulis Padma (Perlima) bertajuk Malam Sastra Perlima yang meramaikan pameran lukisan Arek Limo. 

Halaman depan gedung Rumah Budaya Malik Ibrahim, Sidoarjo, sejak 6 Agustus 2022 telah dipenuhi puluhan karya dari lima pelukis yang bersama dalam Arek Limo. Sesuai judulnya, mereka adalah gabungan grup perupa Arek Limo yang terdiri dari Yoes Wibowo, Anggi Heru, Fathur Rojib, Rudy Asri, dan Sentot Usdek. 

Nah di bagian belakang, pada 13 Agustus, di tengah pameran Arek Limo yang masih berlangsung hingga 14 Agustus itulah, digelar pesta puisi, aneka penampilan, dan bedah buku.


Penampilan spontanitas Yoneta, istri Sunlie Thomas, membaca puisi dengan menggendong putrinya, Mola. Saat listrik padam pun, Yoneta tetap lanjut membaca.

Meskipun digelar oleh Perlima namun yang hadir dan yang berpartisipasi tak hanya anggota Perlima. Banyak seniman, budayawan, serta komunitas-komunitas seni budaya. “Ini ajang silaturahmi antar komunitas dengan mengambil spirit perayaan kemerdekaan Republik Indonesia,” ungkap Wina Bojonegoro, founder Perlima.

Berlangsung gayeng sejak pukul 3 sore, Malam Sastra Perlima dibuka dengan parade busana oleh komunitas Kain dan Kebaya Indonesia. Pembacaan puisi pertama dihantar Aixa Paramitha. Menyusul berikutnya sejumlah pembaca puisi. Ada penyair ternama, Afrizal Malna, berduet dengan Heti Palestina Yunani. 

Ada Henri Nurcahyo, aktivis budaya panji yang membaca puisi sekitar kisah panji. Penulis buku anak Barbara Eny, sineas film Sol Amrida, dan sejumlah anggota Perlima seperti Didi Cahya, Ayu Trisna, Gita Pratama, dan lain-lain.

Asyiknya, tak hanya yang ada dalam daftar, sejumlah yang hadir dipersilakan untuk tampil spontan. Seperti Yoneta yang tetap membaca puisi dengan menggendong Mola, putrinya. Novelis muda dan intrepreter bahasa Jepang Reffi Dhinar, ikut naik panggung. "Masih ada Yenni Sampoerno, Budi Astuti, yang tiba-tiba kami naikkan panggung biar acara makin seru," tambah Vivi Dinatya, MC. 


Ipul dan Robets yang berduet kocak dalam ludrukan bertopik sastra.

Di tengah acara berbau sastra, penampilan ludruk dari Baladda Indonesia yaitu Robets Bayoned dan Ipul Bayoned amat menghibur. Robets membuka aksinya dengan kidung jula-juli atau pantun kocak ala Surabaya. Mengisahkan bahwa ia jatuh cinta dengan seorang perempuan, lalu mengaku keturunan londo atau bule.

“Aku ngenalno nek aku anakke londo. Nggantengku gak sepiro, tapi arekke ngomong jare aku koyo ulo suwo,” ujarnya dalam kidung jula-juli. Ia menyebut bahwa dirinya mengaku anak londo, wajahnya memang tak seberapa tampan. Namun si perempuan bilang, bahwa mukanya lebih mirip ular sawah. 

Sesuai tema, Robets dan Ipul mencoba membahas seputar topik sastra. Robets melempar bahasan bahwa para perempuan sangat menyukai sastra dan sastrawan. Lalu Ipul nyeletuk; “Tapi nek gak nduwe duik yo dipegat, cuk”. Ia berujar bahwa meski suka sastra, tapi jika laki-laki tak punya uang, bakal ditinggal oleh perempuan itu. 

Sumber: