60 Perupa Bangkit Bersama dalam The Freedom of Art from De Javasche Bank
--
Menyambut HUT RI ke-77, De Javasche Bank mengadakan pameran lukisan yang diikuti oleh para perupa dari berbagai daerah di Indonesia. The Freedom of Art from De Javasche Bank. Tajuk pameran tersebut menandai kegairahan dunia seni rupa yang sempat lesu dihantam pandemi.
Selempang merah di pundak, terjulur ke bawah. Pakaian serba putih. Paduan busana tersebut mengesankan warna bendera nasional: merah putih. Para perupa yang datang dalam acara pameran lukisan The Freedom of Art from De Javasche Bank mengenakan busana tersebut.
Tak sekadar sebagai penanda diri sebagai peserta pameran, namun ada semangat Hari Kemerdekaan RI yang baru saja diperingati pada 17 Agustus lalu. Mereka memarakkannya dengan memajang karya-karya di lantai dua De Javasche Bank. Gedung bersejarah yang dulu digunakan sebagai bank sentral era kolonial dan kini menjadi cagar budaya.
Tedjo Konte melakukan on the spot dalam peresmian pameran disaksikan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur Budi Hanoto (bermasker putih kanan).
Menurut ketua panitia Sri Moerniati, gedung tersebut dipilih menjadi lokasi pameran dengan tujuan agar masyarakat, serta kalangan perupa dapat bernostalgia dengan masa lalu.
”Ini salah satu heritage kebanggaan Surabaya yang bisa menjelma sebagai ruang pamer yang elegan. Warisan masa lalu yang patut kita lestarikan. Pameran ini bermaksud meramaikan kembali dunia seni rupa di Surabaya,” ungkapnya, dalam sambutan pembukaan.
Dalam tajuk The Freedom of Art, pameran yang menyemarakkan HUT ke-77 RI, juga menandai kondisi selepas pandemi. Para seniman dapat lebih bebas berkarya. Kembali unjuk gigi ke tengah-tengah publik, memajang hasil kreativitasnya. ”Kami membebaskan para perupa untuk membuat karya dengan tema apa pun. Sesuai tajuknya, Freedom of Art,” ujar perempuan yang juga ikut berpameran dengan membawa lukisan berjudul Magnolia.
Lukisan berjudul Magnolia karya Sri Moerniati, ketua panitia, sekaligus peserta pameran.
Namun makna kemerdekaan tetap mengemuka. Seperti Lian M Margareth, pelukis asal Kediri, yang membawa satu karya berjudul Lentera Bangsa. ”Ini bentuk apresiasi dan penghormatan saya terhadap Bapak Proklamator, Ir Soekarno,” ujarnya.
Figur Soekarno digambarnya memenuhi bagian kiri kanvas. Di sebelah figur tersebut terdapat objek lilin. Latar digambarkan gelap dan remang. Hanya sosok Soekarno dan lilin itu yang terlihat.
Selain Lian, perupa senior Taufik Kamajaya mengangkat kisah wayang. Tentang gugurnya Bisma, senapati perang pihak Kurawa. ”Sebelum Bisma meninggal, Pandawa tak pernah mampu melawan Kurawa. Jadi pengorbanan Bisma menandai terbukanya jalan bagi Pandawa. Meraih kemerdekaan dan keadilan,” ungkapnya.
Pria dengan rambut dan janggut yang telah memutih itu menunjukkan figur wayang Bisma yang sedang terbaring di tengah-tengah. Dikelilingi oleh tokoh-tokoh wayang dari Pandawa dan Kurawa.
Kematian tokoh besar tersebut untuk sejenak mampu mendamaikan kedua belah pihak yang bertikai. ”Tapi selanjutnya tak ada lagi yang dapat melindungi Kurawa sebagai simbol kejahatan. Hingga Pandawa sebagai simbol kebenaran mampu meraih kemenangan,” ujar perupa 70 tahun itu.
Setelah dibuka, Budi Hanoto, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur, berkenan melihat karya. Di antaranya yang ia lihat adalah milik Q Sakti Setyo Laksono, Retno Nagayomi, dan Nova CM. Ia mengaku sangat takjub atas terselenggaranya pameran.
Dua pengunjung melihat karya Q Sakti Setyo Laksono berjudul Prosperous Indonesia, yang menampakkan suasana panen yang menggembirakan.
”Terus terang saya terkejut, semangat para perupa begitu besar. Bahkan dari 60 perupa yang turut serta, sebagian besar merupakan seniman senior. Seperti Pak Te (Panggilan Taufik) ini,” ungkapnya, sambil menyentuh lengan Taufik.
Hamid Nabhan, pelukis impresif asal Surabaya, dan Hendy Prayudi, pelukis asal Lamongan, saling membincangkan karya masing-masing. Impresi Hamid yang khas, memainkan bias cahaya dalam mencitrakan sebuah objek. Seperti dalam lukisannya berjudul Pemandangan di Bungah, Gresik.
Perupa Nova CM (kanan) dengan karyanya berjudul Crowd and Vacation II foto bersama pelukis Hendy Prayudi (tengah) dan Heri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: