Napak Tilas Jalur Kuno Gunung Pawitra, Festival Penanggungan 2022: Pemberhentian Pertama di Candi Naga (2)
Hadi Sidomulyo (dua dari kanan) menerangkan sejarah Candi Naga ke peserta jelajah sejarah Gunung Pawitra atau Penanggungan, Minggu, 14 Agustus 2022.-Yusuf Dwi/Harian Disway-
Peserta napak tilas jalur kuno Gunung Pawitra akhirnya sampai di situs pertama: Candi Naga. Pemandunya bule asal Inggris: Hadi Sidomulyo. Kenapa? Heran dengan namanya?
—
NAMA aslinya Nigel Bullough. Budayawan sekaligus penulis sejarah itu sudah berusia 70 tahun. Ia mengabdikan waktunya untuk meneliti sejarah klasik Indonesia sejak 1971.
Saya kagum melihat kegigihannya. Di usia segitu, ia masih kuat naik turun gunung. Saya yang kelahiran 1998 saja ngos-ngosan karena tidak terbiasa mendaki.
Nigel berjalan cukup lihai. Saat kami beristirahat untuk mengambil napas dan minum, ia tetap melanjutkan perjalanan.
Jalur pendakian di tebing Gunung Penanggungan masih menyisakan sedikit kabut.-Yusuf Dwi/Harian Disway-
Dari pos 2 dan pos 3, perjalanan dilanjutkan kembali dengan melewati hutan yang didominasi pepohonan tinggi. Medannya menanjak dan berbatu.
Setelah dua jam berjalan, situs pertama kami akhirnya mulai terlihat: Candi Naga. ”Alhamdulillah, akhirnya sampai juga,” kata salah satu peserta sambil menyeka peluh di keningnya.
Papan penanda Candi Naga sudah berkarat, namun batu andesit yang berusia ratusan tahun masih kokoh bertahan.-Yusuf Dwi/Harian Disway-
Candi Naga menjadi candi pertama yang saya singgahi dengan rombongan peserta kloter kedua. Terlihat, peserta yang lebih dulu sampai sudah merebahkan tubuhnya sejenak di bawah pohon rindang.
Ada pula yang menyantap roti kecil serta nasi bakar yang dibagikan panitia di UTC sebelum berangkat. Waktu sudah menunjuk pukul 11.00.
Kabut tipis saat berangkat sudah sirna. Sebagai gantinya, sengatan matahari yang mengarak tepat di ubun-ubun kami. Bagi pendaki pemula seperti saya, perjalanan ke situs pertama itu cukup menguras tenaga. Ibarat baterai, sudah tinggal separuh.
Peserta dari 75 mapala 13 kampus bercengkerama. Saling berkenalan. Dalam rombongan jejak peradaban itu, ada pula peneliti sejarah, arkeolog, dan juru pelihara situs. Merekalah yang memompa semangat peserta yang tampak lelah.
Peneliti Inggris Hadi Sidomulyo (pegang tongkat), berdiskusi dengan peserta pendakian.-Yusuf Dwi/Harian Disway-
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: