OTT Rektor Unila dan Racun Korupsi

OTT Rektor Unila dan Racun Korupsi

-Ilustrasi: Reza Alfian Maulana-Harian Disway-

Di SIMANILA, KRM diduga aktif menentukan kelulusan peserta SIMANILA.

Asep Guntur: ”Dengan memerintahkan HY dan Budi Sutomo serta melibatkan MB untuk turut serta menyeleksi secara personal, khusus soal kesanggupan orang tua mahasiswa yang, apabila ingin dinyatakan lulus, maka dapat dibantu dengan persyaratan menyerahkan sejumlah uang selain uang resmi yang dibayarkan sesuai mekanisme yang ditentukan pihak universitas.”

Rentang besaran suap ialah Rp 100 juta hingga Rp 350 juta per calon mahasiswa. Golongan miskin Rp 100 juta, kaya Rp 350 juta. Ini di luar pembayaran resmi yang uangnya masuk Unila.

Dilanjut: ”AD sebagai salah satu keluarga calon peserta seleksi SIMANILA diduga menghubungi saudara KRM untuk bertemu, bertujuan menyerahkan uang (Rp 150 juta) karena anggota keluarganya dinyatakan lulus SIMANILA atas bantuan KRM.”

Penyerahan Rp 150 juta tunai, dari AD kepada orang suruhan KRM, di suatu tempat di Lampung.

KRM menerima setoran dari ML sebesar Rp 603 juta. KRM juga menerima setoran dari BS dan MB. 

Dilanjut: ”Uang tersebut telah dialihkan (dipecah-pecah) menjadi tabungan, deposito, emas batangan, dan masih tersimpan dalam bentuk uang tunai yang totalnya Rp 4,4 miliar.”

Stop sampai di sini. Detail laporan masyarakat dan strategi OTT KPK dilarang diungkap. Sebab, di situlah rahasia perjuangan KPK. Seumpama diungkap, calon koruptor Indonesia pasti mempelajarinya. Biar kalau mereka korupsi kelak sukses.

OTT tidak diungkap detail supaya calon koruptor kian waspada. Tekun dan sabar. Merancang inovasi strategi korupsi paling aman (dalam perspektif koruptor). Demi masa depan korupsi yang lebih merusak Indonesia.

Namun, dari tiga titik lokasi OTT di atas, juga emas batangan dan deposito, itulah hasil inovasi strategi koruptor terbaru. Tercanggih. Tidak terpusat di Lampung.

Dalam sudut pandang koruptor, inovasi adalah menciptakan kerumitan bagan korupsi. Makin rumit makin bagus.

Sayangnya, rancang strategi inovatif itu bukan untuk mendidik generasi muda bangsa menuju Indonesia lebih maju (sebagaimana slogan). Melainkan sebaliknya.

Para tersangka sudah ditahan KPK. Diperiksa. Dalam 20 hari sejak tertangkap tangan.

Dikutip dari Prison Legal News, Oregon, Amerika Serikat (AS), 15 September 2020, ditulis Mark Wilson, mengisahkan penjahat suap fenomenal di AS. Nama koruptornya Farhad Monem. 

Monem kelahiran Teheran, Iran, 30 Juli 1958. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: